Laman

Jumat, 14 September 2012

PERANAN IT DAN ICT DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI

BAB I
PENDAHULUAN

      1.1. Latar Belakang
Dengan masuknya era globalisasi  dan era informasi. Penguasaan Teknologi Informasi dan Komunikasi ( TIK ) atau secara internasional dikenal dengan istilah ICT ( Information and Communication Technology ) sangat penting di era ini. Ini dilihat dari kebutuhan primer di era digital, dimana kebutuhan akan informasi serta kecanggihan teknologi informasi dan komunikasi telah memungkinkan terjadinya pertukaran informasi yang cepat tanpa terhambat oleh batas ruang dan waktu (Dryden & Voss, 1999). Sehingga penerapan IT dan ICT memiliki keunggulan dengan tersedianya informasi secara luas, cepat, dan tepat, adanya kemudahan dalam proses pembelajaran dan dukungan teknologi untuk memudahkan proses belajar mengajar. Penerapan IT dan ICT juga memiliki keunggulan khas yaitu tidak terbatasi oleh tempat dan waktu. Pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional juga telah merespon keadaan di atas dan adanya era informasi ini dengan merumuskan kebijakan peningkatan akses, efisiensi, efektivitas dan kualitas pendidikan serta manajemen pendidikan dengan implementasi ICT.
Hal ini merupakan salah satu faktor yang mengharuskan pengembangan IT dan ICT dalam dunia pendidikan di Indonesia. Agar kualitas sumber daya manusia Indonesia yang merupakan produk dari pendidikan itu semakin baik dan dapat bersaing dalam dunia yang berbasiskan teknologi. Oleh sebab itu Depertemen Pendidikan Nasional melalui PUSTEKKOM melakukan pengembangan terus menerus terhadap ICT untuk dunia pendidikan di Negara kita ini. Untuk melihat hal ini lebih luas lagi, maka dalam makalah ini akan membahas tentang pengaruh IT dan ICT dalam khususnya dalam pengembangan pembelajaran biologi di Indonesia.


1.2.    Rumusan Masalah

         Sesuai dengan masalah yang sudah dibatasi, maka dapat dirumuskan masalah yang akan dikaji adalah:
      1.      Bagaimana Pengintegrasian atau Manfaat TIK ke dalam Proses Pembelajaran      Biologi?
      2.      Bagaimana Kegunaan TIK dalam Pembelajaran Biologi?
      3.      Bagaimana Penggunaan ICT dalam Pengajaran dan Pembelajaran Biologi?

1.3.    Tujuan Makalah

Adapun tujuan dari pembuatan makalah tentang Teknologi Informasi dan Komunikasi adalah:
1.    Mengetahui Pengintegrasian atau manfaat TIK ke dalam Proses Pembelajaran  Biologi
2.    Mengetahui Kegunaan TIK dalam Pembelajaran Biologi
3.    Mengetahui Penggunaan ICT dalam Pengajaran dan Pembelajaran Biologi

BAB II
PEMBAHASAN

          2.1.        Teknologi Informasi dan Komunikasi
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah Information and Communication Technologies (ICT), adalah payung besar terminologi yang mencakup seluruh peralatan teknis untuk memproses dan menyampaikan informasi. TIK mencakup dua aspek yaitu teknologi informasi dan teknologi komunikasi. Teknologi informasi meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan dan sebagai alat bantu, manipulasi, dan pengelolaan informasi. Sedangkan teknologi komunikasi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari perangkat yang satu ke lainnya. Oleh karena itu, teknologi informasi dan teknologi komunikasi adalah dua buah konsep yang tidak terpisahkan. Jadi Teknologi Informasi dan Komunikasi mengandung pengertian luas yaitu segala kegiatan yang terkait dengan pemrosesan, manipulasi, pengelolaan, pemindahan informasi antar media.
TIK menjadi simbol kemajuan bagi sebuah bangsa, maka tak heran kalau TIK menjadi mata pelajaran yang harus dikuasai oleh pelajar saat ini. TIK menjadi sesuatu yang mutlak untuk dikuasai untuk mengejar ketertinggalan teknologi bangsa Indonesia. Bahkan di berbagai lembaga pendidikan saat ini pasti akan memprioritaskan dan menambah pelajaran TIK dalam jadwal pelajarannya serta memperbanyak media-media yang membantu pengembangan pembelajaran. Perkembangannya yang sangat cepat dan pesat menuntut semua komponen lembaga pendidikan harus mampu mengejarnya, tak terkecuali tenaga pendidik.
Kehadiran TIK akan memperkuat model pembelajaran yang berpusat pada pelajar di samping yang sudah berkembang secara konvensional. Ini sebagaimana diramalkan oleh Wrigley bahwa pada saatnya ketika datang era informasi, peran tenaga pendidik akan berkurang seiring makin pesatnya penggunaan komputer berbasis jaringan sebagai sumber ilmu pengetahuan. Kehadiran TIK bagi sebagian kalangan akan memberi jawaban terhadap persoalan pendidikan, misalnya menambah kekayaan media pembelajaran dari yang sudah ada. sementara menurut penelitian dari PBB, Indonesia menempati urutan ke 106 dari 180 negara yang disurvai dalam hal penggunaan IT. Namun penelitian di Amerika sendiri menyatakan bahwa di negara pusat teknologi ini juga tidak merata dalam penggunaan IT dalam pendidikan.
Dalam menghadirkan fungsi teknologi asas praktis, efektif dan efisien menjadi acuan acuan utama. Artinya kalau kehadirannya justru menyulitkan dan menambah beban materi dan waktu maka kehadiran TIK justru tidak ada gunanya. Namun rasanya hal ini tidak akan terjadi di era informasi ini. Di mana perangkat komunikasi nirkabel sudah merambah sampai ke pelosok pedesaan. Kehadiran teknologi ini harus digunakan sebaik-baiknya dengan pengelolaan yang tepat. TIK yang sudah menyatu kehadirannya dengan masyarakat menjadi sesuatu yang harus dimuati nilai baik. Maka tugas tenaga pendidik untuk menangkap kehadiran TIK ini menjadi sesuatu yang positif dan berdaya guna bahkan menjadi bernilai ekonomis (ergonomis).

          2.2.        Pengintegrasian atau Manfaat TIK ke dalam Proses Pembelajaran Biologi
Secara umum dengan terintegrasikannya kelas dengan ICT maka sangat dimungkinkan bahwa kelas bisa dibawa ke kancah global. Kelas bisa terhubung tanpa sekat dengan kelas yang lain, bahkan “dunia lain”. Dengan demikian pembatasan dan konsepnya harus jelas. Untuk apakah penggunaan ICT dalam kelas? Apakah akan belajar menggunakan ICT ataukan Menggunakan ICT untuk belajar? Idealnya tentu adalah bagaimana memanfaatkan ICT untuk belajar. Sehingga pengintegrasian teknologi TIK dalam proses belajar untuk semua bidang salah satunya adalah pendidikan khususnya dalam Biologi, mengintegrasikan TIK ke dalam proses pembelajaran sama maknanya dengan menggunakan TIK untuk belajar (using ICTs to learn) sebagai lawan dari belajar menggunakan TIK (learning to use ICTs). Belajar menggunakan TIK mengandung makna bahwa TIK masih dijadikan sebagai objek belajar atau mata pelajaran. Sebenarnya, UNESCO mengklasifikasikan tahap penggunaan TIK dalam pembelajaran kedalam empat tahap sebagai beirkut:
         1.    Tahap emerging, baru menyadari akan pentingnya TIK untuk pembelajaran dalam Biologi.
         2.    Tahap applying, satu langkah lebih maju dimana TIK telah dijadikan sebagai obyek untuk dipelajari (mata pelajaran) hal ini dilakukan agar peserta didik dapat memanfaatkan TIK yang sedang berkembang saat ini, untuk mendapatkan informasi tentang Biologi dengan cepat dan mudah.
         3.    Pada tahap integrating, TIK telah diintegrasikan ke dalam kurikulum (pembelajaran) untuk menujang pembelajaran Biologi agar lebih mudah diserap atau mudah dimengerti oleh peserta didik dalam pembelajaran Biologi.
         4.   Tahap transforming merupakan tahap yang paling ideal dimana TIK telah menjadi katalis bagi perubahan atau evolusi pendidikan.
TIK diaplikasikan secara penuh, baik untuk proses pembelajaran Biologi, untuk menunjang sarana belajar khususnya dalam ruang lingkup Biologi.
Maka perlu adanya Pengintegrasian TIK ke dalam Proses Pembelajaran Biologi.
ini sangat berkaitan erat dengan mempersiapkan sumber daya manusia Indonesia untuk siap memasuki era masyarakat berbasis pengetahuan (knowledge-based society). Tahun 2020 Indonesia akan memasuki era perdagangan bebas (AFTA). Pada masa itu, masyarakat Indonesia harus memiliki ICT literacy yang mumpuni dan kemampuan menggunakannya untuk meningkatkan produktifitas (knowledge-based society).
Pengintegrasian TIK ke dalam proses pembelajaran Biologi dapat meningkatkan ICT literacy, membangun karakteristik masyarakat berbasis pengetahuan (knowledge-based society) pada diri siswa, disamping dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran Biologi itu sendiri. Dalam pembelajaran Biologi selalu diadakan kegiatan praktikum untuk menujang kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan bahan atau contoh yang nyata, misalnya praktikum tentang morfiologi tumbuhan disana para peserta praktikum membawa bahan yang akan di praktikumkan.
Pengintegrasian TIK ke dalam proses pembelajaran Biologi memiliki beberapa tujuan utama:
          1.     Untuk membangun ”knowledge-based society habits” dalam Biologi seperti kemampuan memecahkan masalah (problem solving) tentang Biologi kemampuan berkomunikasi, kemampuan mencari informasi tentang Biologi, mengoleh/mengelola informasi tersebut ,dan mengubahnya menjadi pengetahuan baru dan mengkomunikasikannya kepada oranglain.
          2.    Untuk mengembangkan keterampilan menggunakan TIK (ICT literacy) untuk kelancaran proses belajar dalam ruang lingkup biologi.
          3.   Untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran Biologi.
Maka untuk mendorong kesiapan SDM di era global melalui pendidikan di sekolah, maupun di perguruan tinggi, pengintegrasian TIK kedalam proses pembelajaran perlu dilakukan     untuk.
          4.    Meningkatkan propesional guru dalam meningkatkan sumber daya manusia agar tidak gagap dan ketinggalan dalam penggunaan TIK di sekolah khususnya dalam mendalami TIK biologi.
          5.    Mengubah sekolah di Indonesia menjadi institusi pembelajaran yang kreatif dan dinamis sehingga murid-murid menjadi pembelajaran yang lebih termotivasi, selalu ingin tahu dan kreatif khususnya dalam pengembangan pembelajaran biologi.
Mengintegrasikan manfaat TIK dalam belajar Biologi
terdapat dua pendekatan yang dapat dilakukan guru Biologi ketika merencanakan pembelajaran Biologi yang mengintegrasikan TIK, yaitu:
          1.    Pendekatan topik (theme-centered approach); Pada pendekatan ini, topik atau satuan pembelajaran dijadikan sebagai acuan. Secara sederhana langkah yang dilakukan adalah: Menentukan topik tentang Biologi.
     a.    Menentukan tujuan pembelajaran Biologi yang ingin dicapai; dan
     b.    Menentukan aktifitas pembelajaran Biologi dan software (seperti modul. LKS, program audio, VCD/DVD, CD-ROM, bahan belajar on-line di internet, dll) yang relevan untuk mencapai tujuan pembelajaran Biologi tersebut.
          2.     Pendekatan Software (Software-centered Approach);
menganut langkah yang sebaliknya. Langkah pertama dimulai dengan mengidentifikasi software (seperti buku, modul, LKS, program audio, VCD/DVD, CD-ROM, bahan belajar on-line di internet, dll) yang ada atau dimiliki terlebih dahulu. Kemudian menyesuaikan dengan topik dan tujuan pembelajaran Biologi yang relevan dengan software yang ada tersebut. MS Word. Atau kalau perlu mempresentasikan hasilnya dengan menggunakan MS Powerpoint.
          2.3.        Kegunaan TIK dalam Pembelajaran Biologi
Secara teoretis menurut pendapat Jonasen TIK memainkan peran yang sangat luar biasa untuk mendukung terjadinya proses belajar dalam lingkup Biologi antara lain adalah sebagai berikut:
          1.     Active; memungkinkan siswa atau mahasiswa dapat terlibat aktif oleh adanya proses belajar Biologi yang menarik dan bermakna.
          2.   Constructive; memungkinkan siswa atau mahasiswa dapat menggabungkan ide-ide baru kedalam pengetahuan Biologi yang telah dimiliki sebelumnya untuk memahami makna atau keinginan tahuan dan keraguan yang selama ini ada dalam benaknya.
           3.     Collaborative; memungkinkan siswa dalam suatu kelompok atau komunitas yang saling bekerjasama, berbagi ide, saran atau pengalaman, menasehati dan memberi masukan untuk sesama anggota kelompoknya.
          4.     Intentional; memungkinkan siswa dapat secara aktif dan antusias berusaha untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
          5.    Conversational; memungkinkan proses belajar Biologi secara inherent merupakan suatu proses sosial dan dialogis dimana siswa atau mahasiswa memperoleh keuntungan dari proses komunikasi tersebut baik di dalam maupun luar jam pelajaran.
          6.    Contextualized; memungkinkan situasi belajar Biologi diarahkan pada proses belajar Biologi yang bermakna (real-world) melalui pendekatan ”problem-based atau case-based learning”.
          7.    Reflective; memungkinkan siswa atau mahasiswa dapat menyadari apa yang telah ia pelajari serta merenungkan apa yang telah dipelajarinya sebagai bagian dari proses belajar Biologi itu sendiri.

Dengan kata lain, TIK memungkinkan pembelajaran Biologi dapat disampaikan untuk berbagai modalitas belajar Biologi(multisensory), baik audio, visual, maupun kinestetik . dengan kemajuan TIK memungkinkan pembelajaran Biologi disampaikan secara interaktif dan simulatif sehingga memungkinkan siswa atau mahasiswa belajar secara aktif. TIK juga memungkinkan untuk melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi (seperti problem solving, pengambilan keputusan, dll.) serta secara tidak langsung meningkatkan ”ICT literacy”.
Pemanfaatan ICT ini secara umum bertujuan menghubungkan murid-murid dengan jaringan pengetahuan dan Informasi. Selain itu mengembangkan sikap dan kemampuan murid-murid untuk belajar sepanjang hidup (long life education). Pengembangan dan pemanfaatan media pembelajaran berbasis TIK baik yang bersifat off line mau pun on line, bisa dimanfaatkan sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang berminat. Penggunaan dan pemanfaatan internet dalam dunia pengajaran sangat membantu dalam meningkatan kuantitas peserta didik. Dalam kebijakan Nasional TIK menjadi Kunci dalam dua hal yaitu:
          1.             Effisiensi proses
          2.             Memenangkan Kompetisi.
         Prinsip umum penggunaan teknologi, dalam hal ini ICT, adalah sebagai berikut:
          1.    Efektif dan efisien. Penggunaan ICT harus memperhatikan manfaat dari teknologi ini dalam hal mengefektifkan belajar, meliputi pemerolehan ilmu, kemudahan dan keterjangkauan, baik waktu maupun biaya. Dengan demikian, penggunaan ICT yang justru membebani akan berakibat tidak berjalannya pembelajaran secara efektif dan efisien.
          2. Optimal. Dengan menggunakan ICT, paling tidak pembelajaran menjadi bernilai “lebih” daripada tanpa menggunakannya. Nilai lebih yang diberikan ICT adalah keluasan cakupan, kekinian (up to date), kemodernan dan keterbukaan.
          3.    Menarik. Artinya dalam prinsip ini, pembelajaran di kelas akan lebih menarik dan memancing keingintahuan yang lebih. Pembelajaran yang tidak menarik dan memancing keingintahuan yang lebih akan berjalan membosankan dan kontra produktif untuk pembelajaran.
          4.   Merangsang daya kreatifitas berpikir pelajar.
Dengan menggunakan ICT tentu saja diharapkan pelajar mampu menumbuhkan kreativitasnya dengan maksimal yang terdapat di dalam diri mereka. Seorang anak yang mempunyai kretaivitas tinggi tentunya berbeda dengan pelajar yang mempunyai kreativitas rendah. Pelajar yang mempunyai kreativitas tinggi tentunya akan mampu menyelesaikan permasalahan dengan cepat dan tanggap terhadap permasalahan yang muncul. Sedangkan pelajar yang berkreativitas rendah terlihat kurang menanggapi permasalahan dalam pembelajaran. Pelajar yang kurang kreativitas tidak akan bisa dengan cepat menyelesaikan tugas, dan apabila kesulitan dalam membuat tugas pelajar tersebut terlambat reaksinya untuk bertanya kepada orang lain.
Dengan demikian tujuan ICT akan sejalan dengan tujuan pendidikan itu sendiri ketika digunakan dalam pembelajaran. Penggunaan ICT justru tidak menjadi penghambat dalam pembelajaran namun akan memberikan manfaat yang lebih dalam pembelajaran.

2.4.    Penggunaan ICT dalam Pengajaran dan Pembelajaran Biologi

(a)    Tutorial

ICT digunakan untuk pembelajaran tutorial apabila digunakan untuk menyampaikan informasi atau pelajaran berdasarkan urutan-urutan yang telah ditetapkan.
Pembelajaran tutorial meliputi :
          1.     Pembelajaran ekspositori yaitu penjelasan terperinci mengenai materi yang sedang berjalan.
          2.    Demonstrasi dan latihan. Mengajak siswa untuk terlibat dalam proses belajar dengan mendekatkan mereka ke alam atau lapangan kemudian memberikan soal latihan sebagai tes pemahaman.
(b) Eksplorasi
Penggunaan ICT untuk pembelajaran berlaku apabila ICT digunakan sebagai media  untuk :
     1.    Mencari dan mengakses informasi dari internet mengenai topik biologi.
     2.     Melihat demonstrasi sesuatu kejadian  sesuai urutan dengan soft ware dan hard ware dengan video atau animasi.
(c) Alat aplikasi.
ICT dikatakan sebagai alat aplikasi apabila  membantu murid melaksanakan tugas Contoh : membuat dan menganalisa proses fhotosintesis.


(d) Komunikasi
ICT dikatakan sebagai alat untuk memudahkan  komunikasi antara tenaga pendidik dengan murid dalam mengirim,dan menerima informasi.


BAB III
PENUTUP


3.1.    Kesimpulan

Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan pengaruh Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sangatlah penting. Dengan adanya TIK  maka proses pembelajaran disekolah khususnya pelajaran biologi dapat lebih mudah karena dengan perkembangan TIK mempermudahkan kita dalam mencari informasi, manipulasi, pengelolaan, dan transfer atau pemindahan informasi khususnya dalam bidang Biologi, sehingga pengintegrasian TIK dalam proses belajar Biologi menjadi berperan penting dalam:                                                                                          1) Mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa khususnya dalam bidang                 Biologi;                                                                 2) Mengembangkan keterampilan dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi               (ICT literacy) itu sendiri, untuk kelancaran proses belajar dalam ruang lingkup Biologi,      3) Untuk meningkatkan efektifitas, efisiensi dan kemenarikan proses pembelajaran di             bidang biologi.                                           4) Meningkatkan propesional guru dalam meningkatkan sumber daya manusia agar               tidak gagap dan ketinggalan dalam penggunaan TIK di sekolah khususnya dalam                    mendalami TIK biologi.                                       5) Mengubah sekolah di Indonesia menjadi institusi pembelajaran yang kreatif dan dinamis sehingga murid-murid menjadi pembelajaran yang lebih termotivasi, selalu ingin tahu dan kreatif khususnya dalam pengembangan pembelajaran biologi. Sehingga TIK memungkinkan untuk melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi (seperti problem solving, pengambilan keputusan, dll.) serta secara tidak langsung meningkatkan ”ICT literacy”









DAFTAR PUSTAKA

Dewi. dkk., (2010), Makalah ICT dalam Pembelajaran, http://blog.student.uny.ac.id/vitasd/2011/01/05/makalah-ict-dalam-pembelajaran/
Kariadinata. R., (2011), Penerapan Pembelajaran Berbasis Teknologi dan Multimedia, http://educare.e-fkipunla.net/index2.php?option=com_content&dopdf=1&id=83
Murniati., (2010), IT dan ICT dalam Pembelajaran Biologi, http://nanibanda.blogspot.com/2010/09/it-dan-ict-dalam-pembelajaran-biologi.html
Siskarini. D., (2010), Peranan Teknologi Informasi Sebagai Media Pembelajaran,  http://semilirsenja.blogspot.com/2010/03/teknologi-informasi-sebagai-media_03.html


























       


Rabu, 12 September 2012

MAKALAH PROSES PERUBAHAN DAN PERBAIKAN KURIKULUM

BAB I
        PENDAHULUAN

1.1.    Latar Belakang
Bila kita bicara tentang perubahan kurikulum, kita dapat bertanya dalam arti apa kurikulum digunakan. Kurikulum dapat dipandang sebagai buku atau dokumen yang dijadikan guru sebagai pegangan dalam proses belajar-mengajar. Kurikulum dapat juga dilihat sebagai produk yaitu apa yang diharapkan dapat dicapai siswa dan sebagai proses untuk mencapainya. Keduanya saling berkaitan.
Kurikulum dapat juga diartikan sebagai sesuatu yang hidup dan berlaku selama jangka waktu tertentu dan perlu direvisi secara berkala agar tetap relevan dengan perkembangan zaman.Selanjutnya kurikulum dapat ditafsirkan sebagai apa yang dalam kenyataan terjadi dengan murid dalam kelas. Kurikulum dalam   arti ini tak mungkin direncanakan sepenuhnya betapapun rincinya direncanakan, karena dalam interaksi dalam kelas selalu timbul hal-hal yang spontan dan kreatif yang tak dapat diramalkan sebelumnya. Dalam hal ini guru lebih besar kesempatannya menjadi pengembang kurikulum dalam kelasnya.
Akhirnya kurikulum dapat dipandang sebagai cetusan jiwa pendidik yang berusaha untuk mewujudkan cita-cita, nilai-nilai yang tertinggi dalam kelakuan anak didiknya. Kurikulum ini sangat erat hubungannya dengan kepribadian guru. Kurikulum yang formal, mengubah pedoman kurikulum, relatif lebih terbatas daripada kurikulum yang riil.
Kurikulum yang riil, bukan sekadar buku pedoman, melainkan segala sesuatu yang dialami anak dalam kelas, ruang olah raga, warung sekolah, tempat bermain, karyawisata, dan banyak kegiatan lainnya, pendek kata mengenai seluruh kehidupan anak sepanjang bersekolah. Mengubah kurikulum dalam arti yang luas ini jauh lebih luas dan dengan demikian lebih pelik, sebab menyangkut banyak variabel. Perubahan kurikulum di sini berarti mengubah semua yang terlibat di dalamnya, yaitu guru sendiri, murid, kepala sekolah, penilik sekolah, juga orang tua dan masyarakat umumnya yang berkepentingan dalam pendidikan sekolah. Dalam hal ini dikatakan bahwa perubahan kurikulum adalah perubahan sosial, curriculum change is social change.
Perubahan tak selalu sama dengan perbaikan, akan tetapi perbaikan selalu mengandung perubahan. Perbaikan berarti meningkatkan nilai atau mutu. Perubahan adalah pergeseran posisi, kedudukan atau keadaan yang mungkin membawa perbaikan, akan tetapi dapat juga memperburuk keadaan. Anak yang mula-mula tak mengenali ganja, dapat berubah menjadi anak yang mengenalnya lalu terlibat dalam kejahatan. Perubahan di sini tidak membawa perbaikan. Namun demikian sering diadakan perubahan dengan maksud terjadinya perbaikan. Perbaikan selalu dikaitkan dengan penilaian.
Perbaikan diadakan untuk meningkatkan nilai, dan untuk mengetahuinya digunakan kriteria tertentu. Perbedaan kriteria akan memberi perbedaan pendapat tentang baik buruknya perubahan itu. Perubahan, sekalipun memberi perbaikan dalam segala hal bagi semua orang. Dalam bidang kurikulum kita lihat betapa banyaknya ide dan usaha perbaikan kurikulum yang dicetuskan oleh berbagai tokoh pendidikan yang terkenal. Macam-macam kurikulum telah diciptakan dan banyak di antaranya telah dijalankan. Apa yang mula-mula diharapkan, akhirnya ternyata menimbulkan masalah lain, sehingga kurikulum itu ditinggalkan atau diubah. Ada masanya pelajaran akademis yang diutamakan, kemudian tampil anak sebagai pusat kurikulum, sesudah itu yang dipentingkan ialah masyarakat, akan tetapi timbul pula perhatian baru terhadap pengetahuan akademis. Namun demikian, dalam sejarah pendidikan, tak pernah sesuatu kembali dalam bentuk aslinya. Biasanya yang lama itu timbul dalam bentuk yang agak lain, pada taraf yang lebih tinggi. Misalnya, bila dalam pelajaran akademis diutamakan hafalan fakta dan informasi, kemudian diutamakan prinsip-prinsip utama. Bila pada ketika kurikulum sepenuhnya dipusatkan pada anak, kemudian disadari bahwa tak dapat anak hidup di luar masyarakat. Disadari bahwa dalam kurikulum tak dapat diutamakan hanya satu aspek saja, akan tetapi semua aspek : anak, masyarakat, maupun pengetahuan secara berimbang.

1.2.    Rumusan Masalah

    Berdasarkan uraian tersebut, maka timbul suatu permasalahan:  apakah penyebab terjadinya perubahan kurikulum?

1.3.    Tujuan
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk mengetahui penyebab proses terjadinya perubahan dan perbaikan kurikulum. 

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Bagaimana Terjadinya Perubahan
Menurut para ahli sosiologi. perubahan terjadi dalam tiga fase, yakni
·         fase inisiasi, yaitu taraf permulaan ide perubahan itu dilancarkan. Dengan menjelaskan    sifatnya, tujuan, dan luas perubahan yang ingin dicapai;
·         fase legitimasi, saatnya orang menerima ide itu;
      ·         fase kongruensi, saat orang mengadopsinya, menyamakan pendapat sehingga selaras dengan pikiran para pencetus, sehingga tidak terdapat perbedaan nilai lagi antara penerima dan pencetus perubahan.
Untuk mencapai kesamaan pendapat, berbagai cara yang dapat digunakan, misalnya motivasi intrinsik dengan janji kenaikan gaji atau pangkat. memperoleh kredit, dapat juga, paksaan keras atau halus, dengan menggunakan otoritas atau indoktrinasi. Dapat juga dengan membangkitkan motivasi intrinsik dengan menjalankan sikap ramah, akrab, penuh kesabaran dan pengertian, mengajak turut berpatisipasi, mengemukakan perubahan sebagai masalah yang dipecahkan bersama. Perubahan akan lebih berhasil, bila dari pihak guru dirasakan kekurangan dalam keadaan, sehingga timbul hasrat untuk memperbaikinya demi kepentingan bersama. Perubahan yang terjadi atas paksaan dari pihak atasan, biasanya tidak dapat bertahan lama, segera luntur dan hanya diikuti secara formal dan lahiriah. Menjadikan perubahan sebagai masalah, melibatkan semua yang terlibat dalam perumusan masalah. pengumpulan data, menguji alternatif, dan selanjutnya mengambil kesimpulan berdasarkan percobaan, dianggap akan lebih mantap dan meresap dalam hati guru. Akan tetapi karena prosedur ini makan waktu dan tenaga yang banyak, dan selain itu diinginkan perubahan yang uniform di semua sekolah, maka sering dijalankan cara otoriter, indoktrinatif, tanpa mengakui kemampuan guru untuk berpikir sendiri dan hanya diharuskan menerima saja. Cara ini efisien, namun dalam jangka panjang tidak efektif. Dan bila ada perubahan atau perbaikan baru, yang lama ditinggalkan saja tanpa membekas.

2.2. Perubahan Kurikulum
Menurut soetopo dan soemanto (1991: 38), pengertian perubahan kurikulum agak sukar untuk dirumuskan dalam suatu devinisi. Suatu kurikulum disebut mengalami perubahan bila terdapat adanya perbedaan dalam satu atau lebih komponen kurikulum antara dua periode tertentu, yang disebabkan oleh adanya usaha yang disengaja.
Sedangkan menurut nasution (2009:252), perubahan kurikulum mengenai tujuan maupun alat-alat atau cara-cara untuk mencapai tujuan itu . Mengubah kurikulum sering berarti turut mengubah manusia, yaitu guru, pembina pendidikan, dan mereka-mereka yang mengasuh pendidikan. Itu sebab perubahan kurikulum dianggap sebagai perubahan sosial, suatu social change. Perubahan kurikulum juga disebut pembaharuan atau inovasi kurikulum.
Mengenai makna perubahan kurikulum, bila kita bicara tentang perubahan kurikulum, kita dapat bertanya dalam arti apa kurikulum digunakan. Kurikulum dapat dipandang sebagai buku atau dokumen yang dijadikan guru sebagai pegangan dalam proses belajar mengajar. Kurikulum dapat juga dilihat sebagai produk yaitu apa yang diharapkan dapat dicapai siswa dan sebagai proses untuk mencapainya. Keduanya saling berkaitan. Kurikulum dapat juga diartikan sebagai sesuatu yang hidup dan berlaku selama jangka waktu tertentu dan perlu di revisi secara berkala agar tetap relevan dengan perkembangan zaman. Selanjutnya kurikulum dapat ditafsirkan sebagai apa yang dalam kenyataan terjadi dengan murid didalam kelas. Kurikulum dalam arti ini tak mungkin direncanakan sepenuhnya betapapun rincinya dirrencanakan, karena dalam interaksi dalam kelas selalu timbul hal-hal yang spontan dan kreatif yang tak dapat diramalkan sebelumnya. Dalam hal ini guru lebih besar kesempatannya menjadi pengembang kurikulum dalam kelasnya. Akhirnya kurikulum dapat dipandang sebagai cetusan jiwa pendidik yang berusaha untuk mewujudkan cita-cita, nilai-nilai yang tertinggi dalam kelakuan anak didiknya. Kurikulum ini sangat erat hubungannya dengan kepribadian guru.
Kurikulum yang formal mengubah pedoman kurikulum, relatif lebih terbatas dari pada kurikulum yang riil. Kurikulum yang riil bukan sekedar buku pedoman, melainkan segala sesuatu yang dialami anak dalam kelas , ruang olahraga, warung sekolah, tempat bermain, karya wisata , dan banyak kegiatan lainnya, pendek kata mengenai seluruh kehidupan anak sepanjang bersekolah. Mengubah kurikulum dalam arti yang luas ini jauh lebih luas dan dengan demikian lebih pelik , sebab menyangkut banyak variabel. Perubahan kurikulum disini berarti mengubah semua yang terlibat didalamnya, yaitu guru sendiri, murid , kepala sekolah, penilik sekolah juga orang tua dan masyarakat umumnya yang berkepentingan dalam pendidikan sekolah. Dalam hal ini dikatakan, bahwa perubahan kurikulum adalah perubahan sosial, curriculum change is social change.


2.3. Jenis-Jenis Perubahan
Menurut Soetopo dan Soemanto (1991:39-40), Perubahan kurikulum dapat bersifat sebagian-sebagian , tapi dapat pula bersifat menyeluruh.
a.    Perubahan sebagian-sebagian

Perubahan yang terjadi hanya pada komponen (unsur) tentu saja dari kurikulum kita sebut perubahan yang sebagian-sebagian. Perubahan dalam metode mengajar saja, perubahan dalam itu saja, atau perubahan dalam sistem penilaian saja, adalah merupakan contoh dari perubahan sebagian-sebagian.
Dalam perubahan sebagian-sebagian ini, dapat terjadi bahwa perubahan yang berlangsung pada komponen tertentu sama sekali tidak berpengaruh terhadap komponen yang lain. Sebagai contoh, penambahan satu atau lebih bidang studi kedalam suatu kurikulum dapat saja terjadi tanpa membawa perubahan dalam cara (metode) mengajar atau sistem penilaian dalam kurikulum tersebut.
b.    Perubahan menyeluruh

Disamping secara sebagian-sebagian, perubahan suatu kurikulum dapat saja terjadi secara menyeluruh . artinya keseluruhan sistem dari kurikulum tersebut mengalami perubahan mana tergambar baik didalam tujuannya, isinya organisasi dan strategi dan pelaksanaannya.
Perubahan dari kurikulum1968 menjadi kurikulum 1975 dan 1976 lebih merupakan perubahan kurikulum secara menyeluruh. Demikian pula kegiatan pengembangan kurikulum sekolah pembangunan mencerminkan pula usaha perubahan kurikulum yang bersifat menyeluruh. Kurikulum 1975 dan 1976 misalnya , pengembangan , tujuan, isi, organisasi dan strategi pelaksanaan yang baru dan dalam banyak hal berbeda dari kurikulum sebelumnya.

2.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan kurikulum

Menurut Soetopo dan Soemanto (1991:40-41), ada sejumlah faktor yang dipandang mendorong terjadinya perubahan kurikulum pada berbagai Negara dewasa ini.
Pertama, bebasnya sejumlah wilayah tertentu di dunia ini dari kekuasaan kaum kolonialis. Dengan merdekanya Negara-negara tersebut, mereka menyadari bahwa selama ini mereka telah dibina dalam suatu sistem pendidikan yang sudah tidak sesuai lagi dengan cita-cita nasional merdeka. Untuk itu , mereka mulai merencanakan adanya perubahan yang cukup penting di dalam kurikulum dan sistem pendidikan yang ada.
Kedua, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat sekali. Di satu pihak , perkembangan dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan yang diajarkan di sekolah menghasilkan diketemukannya teori-teori yang lama . Di lain pihak, perkembangan di dalam ilmu pengetahuan psikologi, komunikasi, dan lain-lainnya menimbulkan diketemukannya teori dan cara-cara baru di dalam proses belajar mengajar. Kedua perkembangan di atas , dengan sendirinya mendorong timbulnya perubahan dalam isi maupun strategi pelaksanaan kurikulum.
Ketiga, pertumbuhan yang pesat dari penduduk dunia . dengan bertambahnya penduduk, maka makin bertambah pula jumlah orang yang membutuhkan pendidikan. Hal ini menyebabkan bahwa cara atau pendekatan yang telah digunakan selama ini dalam pendidikan perlu ditinjau kembali dan kalau perlu diubah agar dapat memenuhi kebutuhan akan pendidikan yang semakin besar. Ketiga faktor di atas itulah yang secara umum banyak mempengaruhi timbulnya perubahan kurikulum yang kita alami dewasa ini.

2.5. Sebab-Sebab Kurikulum Itu Diubah

.     Misalnya pada tahun 30-an sebagai pengaruh golongan progresif di USA tekanan kurikulum adalah pada anak, sehingga kurikulum mengarah kepada child-centered curriculum sebagai reaksi terhadap subject-centered curriculum yang dianggap terlalu bersifat adult dan society-centeredKurikulum itu selalu dinamis dan senantiasa dipengaruhi oleh perubahan-perubahan dalam faktor-faktor yang mendasarinya. Tujuan pendidikan dapat berubah secara fundamental, bila suatu negara beralih dari negara yang dijajah menjadi Negara yang merdeka. Dengan sendirinya kurikulum pun harus mengalami perubahan yang menyeluruh.
Kurikulum juga diubah bila tekanan dalam tujuan mengalami pergeseran. Pada tahun 40-an , sebagai akibat perang, asas masyarakatlah yang diutamakan dan kurikulum menjadi lebih society-centered. Pada tahun 50-an dan 60-an, sebagai akibat sputnik yang menyadarkan Amerika Serikat akan ketinggalan dalam ilmu pengetahuan, para pendidik lebih cenderung kepada kurikulum yang discipline-centered, yang mirip kepada subject-centered curriculum. Tampaknya seakan-akan orang kembali lagi kepada titik semula. Akan tetapi, lebih tepat, bila kita katakan, bahwa perkembangan kurikulum seperti spiral, tidak sebagai lingkaran, jadi kita tidak kembali kepada yang lama, tetapi pada suatu titik di atas yang lama.
Kurikulum dapat pula mengalami perubahan bila terdapat pendirian baru mengenai proses belajar, sehingga timbul bentuk-bentuk kurikulum seperti activity atau experience curriculum, programmed instruction, pengajaran modul, dan sebagainya.
Perubahan dalam masyarakat, eksplosi ilmu pengetahuan dan lain-lain mengharuskan adanya perubahan kurikulum. Perubahan-perubahan itu menyebabkan kurikulum yang berlaku tidak lagi relevan, dan ancaman serupa ini akan senantiasa dihadapi oleh setiap kurikulum , betapapun relevannya pada suatu saat.
Maka karena itu perubahan kurikulum merupakan hal biasa. Malahan mempertahankan kurikulum yang ada akan merugikan anak-anak dan demikian fungsi kurikulum itu sendiri. Biasanya perubahan satu asas akan memerlukan perubahan keseluruhan kurikulum itu.

2.6. Kesulitan-Kesulitan Dalam Perubahan Kurikulum
Sejarah menunjukkan bahwa sekolah itu sangat sukar menerima pembaharuan. Ide yang baru tentang pendidikan memerlukan waktu sekitar 75 tahun sebelum dipraktikan secara umum di sekolah-sekolah.
Manusia itu pada umumnya bersifat konservatif dan guru termasuk golongan itu juga. Guru-guru lebih senang mengikuti jejak-jejak yang lama secara rutin. Ada kalanya karena cara yang demikianlah yang paling mudah dilakukan. Mengadakan pembaharuan memerlukan pemikiran dan tenaga yang lebih banyak. Tak semua orang suka bekerja lebih banyak daripada yang diperlukan. Akan tetapi ada pula kalanya, bahwa guru-guru tidak mendapat kesempatan atau wewenang untuk mengadakan perubahan karena peraturan-peraturan administrative. Guru itu hanya diharapkan mengikuti instruksi atasan.
Pembaharuan kurikulum kadang-kadang terikat pada tokoh yang mencetuskannya. Dengan meninggalnya tokoh itu lenyap pula pembaharuan yang telah dimulainya itu.
Dalam pembaharuan kurikulum ternyata bahwa mencetuskan ide-ide baru lebih “mudah” daripada menerapkannya dalam praktik. Dan sekalipun telah dilaksanakan sebagai percobaan, masih banyak mengalami rintangan dalam penyebarluasannya, oleh sebab harus melibatkan banyak orang dan mungkin memerlukan perubahan struktur organisasi dan administrasi sistem pendidikan.
Pembaharuan kurikulum sering pula memerlukan biaya yang lebih banyak untuk fasilitas dan alat-alat pendidikan baru, yang tidak selalu dapat dipenuhi. Tak jarang pula pembaharuan ditentang oleh mereka yang ingin berpegang pada yang sudah lazim dilakukan atau yang kurang percaya akan yang baru sebelum terbukti kelebihannya. Bersifat kritis terhadap pembaharuan kurikulum adalah sifat yang sehat, karena pembaharuan itu jangan hanya sekedar mode yang timbul pada suatu saat untuk lenyap lagi dalam waktu yang tidak lama.

2.7. Strategi kepemimpinan Dalam Perubahan Kurikulu
Strategi dimaksud rencana serangkaian usaha untuk mencapai tujuan , dalam hal ini perubahan kurikulum. Untuk mengubah kurikulum dapat diikuti strategi yang berikut :
a. Mengubah seluruh sistem pendidikan yang hanya dapat dilakukan oleh pusat yakni Depdikbud karena mempunyai wewenang penuh untuk mengadakan perubahan kurikulum secara total. Perubahan ini menyeluruh dan dijalankan secara uniform di seluruh Negara. Usaha besar-besaran ini hanya dapat dikoordinasi oleh pusat dengan memberikan pernyataan kebijaksanaan, petunjuk-petunjuk pelaksanaan dan buku pedoman. Strategi ini sangat ekonomis mengenai waktu dan tenaga bila mengadakan perubahan kurikulum secara uniform dan menyeluruh.

b. Mengubah kurikulum tingkat lokal
Kurikulum yang nyata, yang riil, hanya terdapat di mana guru dan murid berada, yakni sekolah dan dalam kelas. Di sinilah dihadapi masalah kurikulum yang sesungguhnya . Di sinilah dihadapi masalah kurikulum yang sesungguhnya . Dalam kelas kurikulum menjadi hidup, bukan hanya secarik kertas. Dalam menghadapi anak, mau tak mau setiap guru akan menghadapi masalah yang harus diatasinya. Dalam pelaksanaan kurikulum dalam kelas terhadap murid yang berbeda-beda, tak dapat tiada guru harus mengadakan penyesuaian. Bagaimanapun ketatnya perincian kurikulum , guru selalu mendapat kesempatan untuk mencobakan pikirannya sendiri. Pedoman kurikulum hanya dapat dijiwai oleh guru dan pribadi guru terjalin erat dengan cara ia melaksanakan kurikulum itu. Kelaslah yang menjadi garis depan perubahan dan perbaikan kurikulum.
Dibawah pimpinan kepala sekolah dapat diadakan rapat seluruh staf, atau setiap tingkatan atau bidang studi. Rapat-rapat mengenai perbaikan kurikulum sebaiknya dilakukan secara kontinu oleh sebab tujuannya tidak diperoleh sekaligus. Perbaikan sesungguhnya akan terjadi bila guru sendiri menyadari kekurangannya, ada kalanya atas pemikirannya sendiri, atau interaksinya dengan siswa dan dalam diskusi dengan teman guru lainnya. Usaha perbaikan yang dijalankan oleh guru-guru memerlukan kordinasi kepala sekolah.
Perubahan kurikulum di sekolah tidak berarti bahwa sekolah itu menyendiri dan melepaskan diri dari kurikulum resmi. Sekolah itu tetap bergerak dalam rangka kurikulum resmi yang berlaku akan tetapi berusaha untuk menyesuaikannya dengan kebutuhan anak dan lingkungannya serta berusaha untuk meningkatkannya. Ada menyebutnya “kurikulum plus”. Kurikulum resmi hanya memberikan kurikulum minimal yang diharapkan harus dicapai oleh segenap siswa di seluruh Indonesia. Sama sekali tidak dilarang memberi bahan yang lebih mendalam dan luas bagi anak-anak yang berbakat. Adanya perbedaan antara apa yang diajarkan disuatu sekolah tidak perlu mempersulit anak pindah sekolah, selama sekolah itu mengajarkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip atau struktur ilmu, sedangkan isinya secara detail tidak esensial.

c. Memberikan pendidikan in-service dan pengembangan staf.
Dianggap bahwa kurikulum sekolah akan mengalami perbaikan jika mutu guru ditingkatkan. In-service training dianggap lebih formal , dengan rencana yang lebih ketat dan diselenggarakan atas instruksi pihak atasan. Pengembangan staf atau staff development lebih tak formal, lebih bebas disesuaikan dengan kebutuhan guru. Guru misalnya dapat disuruh mengobservasi dan menilai dirinya mengajar yang telah divideo-tape. Apa yang dipelajari dalam inservice dan pengembangan staf hendaknya dipraktikkan.

d. Supervisi
Dahulu penilik sekolah mengunjungi sekolah untuk mengadakan inspeksi dan memberi penilaian terhadap guru dan sekolah. Kedatangannya dipandang sebagai hari mendung penuh rasa takut yang dihadapi guru dengan segala macam tipu muslihat. Kini pengertian supervisi sudah berubah. Tujuannya ialah membantu guru mengadakan perbaikan dalam pengajaran. Supervisi adalah member pelayanan kepada guru untuk memperoleh proses belajar-mengajar yang lebih efektif. Bila dirasa perlu penilik sekolah dapat memberikan demonstrasi bagaimana melaksanakan suatu metode baru. Seorang penilik sekolah harus senantiasa mempelajari perkembangan kurikulum dan metode mengajar modern dan dapat pula menerapkannya. Ialah sebenarnya hulubalang dalam modernisasi pendidikan.

e. Reorganisasi sekolah
Reorganisasi diadakan bila sekolah itu ingin merombak seluruh cara mendidik di sekolah itu dengan menerima cara yang baru sama sekali. Hal ini antara lain dapat terjadi bila sekolah itu akan menjalankan misalnya team teaching , non-grading , metode unit, open school, dan lain-lain yang memerlukan perubahan dalam semua aspek pengajaran, seperti bentuk ruangan, fasilitas , penjadwalan , tugas guru, kegiatan siswa , administrasi, dan sebagainya. Hal serupa ini akan jarang terdapat di negara kita dewasa ini , kecuali bila diadakan eksperimen dengan metode baru, misalnya pengajaran modul.

f. Eksperimentasi dan penelitian
Negara kita tidak tertutup bagi macam-macam pembaruan dalam pendidikan. Kemajuan komunokasi dan transport membuka pendidikan kita bagi berbagai pengaruh di bagian lain dunia ini. Cirri kemajuan ialah perubahan dan perbaikan, juga dalam bidang pendidikan di sekolah. Penelitian atau research pendidikan belum cukup dilakukan di Negara kita ini. Biasanya penelitian tidak langsung dapat ditetapkan dan melalui fase yang lama sebelum diterima secara umum.
Yang lebih mungkin dilaksanakan ialah eksperimentasi, yakni mencobakan metode atau bahan baru. Pada dasarnya setiap kurikulum baru harus diujicobakan lebih dahulu sebelum disebarkan di semua sekolah. Risiko pembaruan kurikulum tanpa uji coba sangat besar, dapat menghamburkan biaya dan tenaga yang banyak, tanpa jaminan bahwa pembaruan itu akan membawa perbaikan.
Percobaan metode baru dilakukan secara berkala, antara lain sekolah pembangunan yang kemudian menjadi PPSI cukup dikenal, sayang tidak berbekas selanjutnya. Demikian pula CBSA dan “muatan lokal” diuji cobakan selain percobaan lainnnya.
Secara kecil-kecilan yang tidak sistematis, sebenarnya tiap guru pernah mengadakan eksperimentasi. Bila misalnya ada murid yang suka ribut dalam kelas, menempatkannya di bangku paling depan, dengan hipotesis, bahwa dengan pengawasan yang lebih ketat murid itu akan berubah kelakuannya. Ada guru yan g menganjurkan anak yang ketinggalan agar belajar bersama dengan murid yang pandai, atau guru memberi tanggung jawab kepada murid yang nakal. Bila diselidiki boleh dikatakan bahwa tiap guru pernah melakukan percobaan kecil-kecilan seperti ini, bila ia menghadapi suatu kesulitan dan mencari jalan untuk mengatasinya.
Penelitian adalah cara yang secara sistematis mengikuti langkah-langkah tertentu untuk memecahkan suatu masalah. Biasanya guru jarang melakukannya. Yang banyak dilakukan guru ialah percobaan kecil-kecilan yang kurang sistematis bila ia menyadari adanya masalah yang dihadapinya dan berniat untuk mengatasinya. Masalah akan timbul, bila guru itu mengadakan evaluasi tentang pekerjaannya sendiri, dan selain itu peka terhadap kritik dari dunia luar, melihat kekurangan pendidikan berdasarkan ebtanas atau evaluasi lainnya, dan umumnya bila merasa kurang puas dengan apa yang dilakukannya.
Perbaikan kurikulum pada hakikatnya terjadi dalam kelas dan dalam hal ini guru memegang peranan yang paling utama. Maka guru harus lebih menyadari peranannya sebagai pengembang kurikulum.

2.8. Proses Perbaikan Kurikulum
Seperti telah dikemukakan, kurikulum bermacam-macam tafsirannya. Pada satu pihak, kurikulum dipandang sebagai buku pedoman dan wewenang untuk mengembangkannya ialah pusat, kementerian Depdikbud. Yang dihasilkan ialah suatu kurikulum nasional yang menentukan garis - garis besar apa yang harus diajarkan kepada murid - murid. Di pihak lain, kurikulum dapat ditafsirkan sebagai segala sesuatu yang terjadi dalam kelas dan sekolah yang mempengaruhi perubahan kelakuan para siswa dengan berpedoman pada kurikulum yang ditentukan oleh Pemerintah. Dalam arti terakhir ini, perbaikan kurikulum terutama tergantung pada guru. Dialah menentukan apa yang sesungguhnya terjadi dalam kelasnya. Dalam posisi itu boleh dikatakan ialah pengembang kurikulum, dan ada tidaknya perbaikan pengajaran dalam kelasnya bergantung pada ada tidaknya usaha guru.
Tak semua guru sadar akan peranannya sebagai pengembang kurikulum, karena ia memandang dirinya sekadar sebagai pelaksana kurikulum, yang berusaha jangan menyimpang sedikitpun dari ketentuan dari atasan. Apa yang ditentukan oleh atasan sebenarnya masih jauh dari lengkap. Yang diberikan terutama garis - garis besarnya, dan kalaupun dirincikan mustahil meliputi kegiatan guru dan siswa sampai hal yang sekecil-kecilnya. Kurikulum sekolah kita, menentukan hanya sampai tujuan instruksional umum (TIU). Yang merumuskan TIK-nya ialah guru. Bahan pelajaran juga hanya pokok - pokoknya, masih banyak yang harus dilengkapi guru. Demikian pula metode yang dianjurkan sangat terbatas dan tidak spesifik. Banyak lagi kesempatan bagi guru untuk secara kreatif memilih dari sejumlah besar metode, strategi, atau model mengajar yang tersedia. Penilaian formatif dan sumatif untuk pelajaran yang diajarkan guru, sepenuhnya dalam tangan guru. la tidak terikat pada test tertulis, akan tetapi dapat menjalankan penilaian yang lebih komprehensif yang meliputi aspek emosional, moral, sosial, sikap dan aspek afektif lainnya. la dapat menilai kemampuan kognitif pada tingkat mental yang jauh lebih tinggi daripada yang dapat diukur dengan Ujian Nasional. Dialah yang dapat menilai aspek - aspek kepribadian anak. Ialah yang berada dalam posisi strategis untuk mengenai perkembangan anak, fisik, mental, etis, estetis, sosilal, dan lain-lain.
Antara kurikulum nasional yang dijadikan pedoman sampai perubahan kelakuan anak masih terdapat jarak yang cukup luas yang memerlukan pemikiran, kreativitas, dan kegiatan guru. Dalam hal inilah ia harus sadar akan fungsinya sebagai pengembang kurikulum. Fungsi ini tentu harus lebih disadari kepala sekolah yang bertanggungjawab atas pendidikan di seluruh sekolahnya dan seyogianya berusaha sedapat mungkin mengadakan perbaikan kurikulum sekolahnya. Tiap sekolah berbeda dengan sekolah lain, walaupun berada di kota yang sama. Apalagi sekolah di daerah lain yang berbeda sifat geografi dan social ekonominya. Dan tiap guru berbeda pribadinya dengan guru lain. Juga muridnya menunjukkan cirri - ciri khas yang mungkin bertukar dari tahun ke tahun.
Pada umumnya guru kita masih belum menyadari peranannya sebagai pengembang kurikulum. Kurikulum kita uniform di samping usaha untuk sedapat mungkin mengatur apa yang harus dilakukan oleh guru sampai yang sekecil - kecilnya. Meningkatkan mutu pendidikan dapat dilakukan dengan dua macam pendekatan. Pertama, menyusun paket pelajaran sedemikian rupa sehingga guru hanya berperan untuk mengatur distribusi bahan itu menurut kecepatan anak. Pelajaran itu dapat berupa modul atau pelajaran berprogram. Pendekatan kedua ialah meningkatkan mutu guru sehingga mampu menjalankan bahkan memperbaikinya bila ada kelemahannya. Pendekatan pertama sangat mahal selain banyak kekurangannya. Pendekatan kedua memerlukan guru yang profesional, berkompetensi tinggi, guru yang berjiwa dinamis dan terbuka bagi pembaharuan. Pendekatan ini pun tak mudah dijalankan karena menuntut kualitas guru yang tinggi yang masih belum terpenuhi pada saat ini.
Kurikulum yang uniform dapat menjadi alasan bagi guru untuk menjauhi inisiatif perbaikan dan hanya menunggu instruksi dari pihak atasan. Sebaliknya atasan yang tidak merangsang guru untuk bersifat dinamis dan memberi kesempatan serta dorongan untuk mencobakan perbaikan atas pemikiran sendiri dan tidak turut serta dalam usaha perbaikan dan penyesuaian dengan keadaan setempat cenderung mematikan kreativitas guru.
Kurikulum tak kunjung sempurna dan senantiasa dapat diperbaiki. Bahan segera usang karena kemajuan zaman, pelajaran harus memperhatikan perbedaan individu dan mencari relevansi dengan kebutuhan setempat, dan sebagainya. Bila kita ingin memperbaiki kurikulum sekolah, kita harus memperhatikan sejumlah dasar-dasar pertimbangan agar usaha itu berhasil baik, antara lain :
·    Mengetahui tujuan perbaikan
·    Mengenal situasi sekolah
·    Mengetahui kebutuhan siswa dan guru
·    Mengenal masalah yang dihadapi sekolah
·    Mengenal kompetensi guru
·    Mengetahui gejala sosial
·    Mengetahui perkembangan dan aliran dalam kurikulum.
·    Mengetahui Tujuan Perbaikan.
Langkah pertama ialah mengetahui dengan jelas apa yang sebenarnya ingin dicapai, bagaimana cara mencapainya, bagaimana melaksanakannya, apakah perlu dicari proses belajar mengajar baru, sumber belajar apa yang diperlukan, bagaimana mengorganisasi bahan itu, bagaimana menilainya, bagaimana memanfaatkan balikannya. Ada kemungkinan, tujuannya harus diperjelas atau diubah, demikian pula desain perbaikan atau implementasinya dan metode penilaiannya. Jadi perbaikan kurikulum tak kunjung berakhir dan bergerak terus. Kurikulum bukan benda mati akan tetapi sesuatu yang hidup mengikuti perkembangan zaman.
Dalam perjalanannya dunia Pendidikan Indonesia telah menerapkan enam kurikulum, yaitu Kurikulum 1968, Kurikulum 1975, kurikulum1984, Kurikulum 1994, Kurikulum 2004 atau  Kurikulum Berbasis Kompetensi (meski belum sempat disahkan pemerintah, tetapi sempat berlaku di beberapa sekolah piloting project), dan terakhir Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang dikeluarkan pemerintah melalui Permen Diknas Nomor 22 tentang Standar Isi, Permen Nomor 23 tentang Standar Komnpetensi Lulusan, dan Permen Nomor 24 tentang Pelaksanaan kedua Permen tersebut. Ada rumor yang berkembang dalam masyarakat bahwa ada kesan “Ganti Menteri Pendidikan Ganti Kurikulum.” Kesan itu bisa benar bisa tidak, tergantung dari sudut mana kita memandang. Kalau sudut pandangnya politis, maka pergantian sistem pendidikan nasional, termasuk di dalamnya perubahan kurikulum akan selalu dikaitkan dengan kekuasaan (siapa yang berkuasa). Namun, kalau sudut pandangnya nonpolitis, pergantian kurikulum merupakan suatu hal yang biasa dan suatu keniscayaan dalam rangka merespons perkembangan masyarakat khususnya dunia pendidikan yang begitu cepat.





                       BAB III                        
                    PENUTUP
Kesimpulan
Kurikulum yang riil, bukan sekadar buku pedoman, melainkan segala sesuatu yang dialami anak dalam kelas, ruang olah raga, warung sekolah, tempat bermain, karyawisata, dan banyak kegiatan lainnya, pendek kata mengenai seluruh kehidupan anak sepanjang bersekolah. Mengubah kurikulum dalam arti yang luas ini jauh lebih luas dan dengan demikian lebih pelik, sebab menyangkut banyak variabel. Perubahan kurikulum di sini berarti mengubah semua yang terlibat di dalamnya, yaitu guru sendiri, murid, kepala sekolah, penilik sekolah, juga orang tua dan masyarakat umumnya yang berkepentingan dalam pendidikan sekolah. Dalam hal ini dikatakan bahwa perubahan kurikulum adalah perubahan sosial, curriculum change is social change.
Dalam perjalanannya dunia Pendidikan Indonesia telah menerapkan enam kurikulum, yaitu Kurikulum 1968, Kurikulum 1975, kurikulum1984, Kurikulum 1994, Kurikulum 2004 atau  Kurikulum Berbasis Kompetensi (meski belum sempat disahkan pemerintah, tetapi sempat berlaku di beberapa sekolah piloting project), dan terakhir Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang dikeluarkan pemerintah melalui Permen Diknas Nomor 22 tentang Standar Isi, Permen Nomor 23 tentang Standar Komnpetensi Lulusan, dan Permen Nomor 24 tentang Pelaksanaan kedua Permen tersebut. Ada rumor yang berkembang dalam masyarakat bahwa ada kesan “Ganti Menteri Pendidikan Ganti Kurikulum.” Kesan itu bisa benar bisa tidak, tergantung dari sudut mana kita memandang. Kalau sudut pandangnya politis, maka pergantian sistem pendidikan nasional, termasuk di dalamnya perubahan kurikulum akan selalu dikaitkan dengan kekuasaan (siapa yang berkuasa). Namun, kalau sudut pandangnya nonpolitis, pergantian kurikulum merupakan suatu hal yang biasa dan suatu keniscayaan dalam rangka merespons perkembangan masyarakat khususnya dunia pendidikan yang begitu cepat.








REFERENSI :
Nasution. 2009. Asas-asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara.
Sanjaya, Wina. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana.
Soetopo dan Soemanto. 1991. Pembinaan Dan Pengembangan Kurikulum Sebagai Substansi Problem Administrasi Pendidikan . Jakarta: Bumi Aksara.
Soemantri, Hermana. 1993. Perekayasaan Kurikulum. Bandung: Angkasa.
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003. Depdiknas. 2005.








Efek Rumah Kaca




Efek rumah kaca, yang pertama kali diusulkan oleh Joseph Fourier pada 1824, merupakan proses pemanasan permukaan suatu benda langit (terutama planet atau satelit) yang disebabkan oleh komposisi dan keadaan atmosfernya.
Mars, Venus, dan benda langit beratmosfer lainnya (seperti satelit alami Saturnus, Titan) memiliki efek rumah kaca, tapi artikel ini hanya membahas pengaruh di Bumi. Efek rumah kaca untuk masing-masing benda langit tadi akan dibahas di masing-masing artikel.
Efek rumah kaca dapat digunakan untuk menunjuk dua hal berbeda: efek rumah kaca alami yang terjadi secara alami di bumi, dan efek rumah kaca ditingkatkan yang terjadi akibat aktivitas manusia (lihat juga pemanasan global). Yang belakang diterima oleh semua; yang pertama diterima kebanyakan oleh ilmuwan, meskipun ada beberapa perbedaan pendapat.

   
Penyebab
Efek rumah kaca disebabkan karena naiknya konsentrasi gas karbon dioksida (CO2) dan gas-gas lainnya di atmosfer. Kenaikan konsentrasi gas CO2 ini disebabkan oleh kenaikan pembakaran bahan bakar minyak, batu bara dan bahan bakar organik lainnya yang melampaui kemampuan tumbuhan-tumbuhan dan laut untuk menyerapnya.
Energi yang masuk ke Bumi:
·    25% dipantulkan oleh awan atau partikel lain di atmosfer
·    25% diserap awan
·    45% diserap permukaan bumi
·    5% dipantulkan kembali oleh permukaan bumi
Energi yang diserap dipantulkan kembali dalam bentuk radiasi inframerah oleh awan dan permukaan bumi. Namun sebagian besar inframerah yang dipancarkan bumi tertahan oleh awan dan gas CO2 dan gas lainnya, untuk dikembalikan ke permukaan bumi. Dalam keadaan normal, efek rumah kaca diperlukan, dengan adanya efek rumah kaca perbedaan suhu antara siang dan malam di bumi tidak terlalu jauh berbeda.
Selain gas CO2, yang dapat menimbulkan efek rumah kaca adalah belerang dioksida, nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO2) serta beberapa senyawa organik seperti gas metana dan klorofluorokarbon (CFC). Gas-gas tersebut memegang peranan penting dalam meningkatkan efek rumah kaca.
Akibat
Meningkatnya suhu permukaan bumi akan mengakibatkan adanya perubahan iklim yang sangat ekstrem di bumi. Hal ini dapat mengakibatkan terganggunya hutan dan ekosistem lainnya, sehingga mengurangi kemampuannya untuk menyerap karbon dioksida di atmosfer. Pemanasan global mengakibatkan mencairnya gunung-gunung es di daerah kutub yang dapat menimbulkan naiknya permukaan air laut. Efek rumah kaca juga akan mengakibatkan meningkatnya suhu air laut sehingga air laut mengembang dan terjadi kenaikan permukaan laut yang mengakibatkan negara kepulauan akan mendapatkan pengaruh yang sangat besar.
Menurut perhitungan simulasi, efek rumah kaca telah meningkatkan suhu rata-rata bumi 1-5 °C. Bila kecenderungan peningkatan gas rumah kaca tetap seperti sekarang akan menyebabkan peningkatan pemanasan global antara 1,5-4,5 °C sekitar tahun 2030. Dengan meningkatnya konsentrasi gas CO2 di atmosfer, maka akan semakin banyak gelombang panas yang dipantulkan dari permukaan bumi diserap atmosfer. Hal ini akan mengakibatkan suhu permukaan bumi menjadi meningkat.

Rabu, 05 September 2012

RENCANA PEMBELAJARAN IPA

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP 5 )
Sekolah : SMP Negeri 1PadangTualang

Kelas / Semester : IX (Sembilan) / Semester I

Mata Pelajaran : IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)

: Alokasi waktu : 6 x 80 menit ( 6 x 2 jam pelajaran)

Standar Kompetensi 3. Memahami konsep kelistrikan dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

Kompetensi Dasar 3.1 Mendeskripsikan muatan listrik untuk memahami gejala-gejala listrik statis serta
kaitannya dalam kehidupan sehari-hari.

Indikator
1. Menjelaskan benda dapat bermuatan listrik bila dilakukan dengan cara tertentu.
1. Memberi contoh peristiwa yang menghasilkan benda bermuatan listrik.
2. Melakukan percobaan sederhana untuk menunjukkan sifat muatan listrik.
3. Menjelaskan secara kualitatif hubungan antara besar gaya listrik, besar muatan listrik dan jarak antara benda bermuatan listrik.

A. Tujuan Pembelajaran
Peserta didik dapat:
       1. Membedakan muatan listrik positif dan muatan listrik negatif.
Membedakan listrik statis dan listrik dinamis.
Membedakan proton, elektron, dan neutron melalui gambar model atom Rutherford.
Menjelaskan muatan sebuah benda.
Membedakan konduktor dan isolator.
Menyebutkan contoh konduktor dan isolator.
2. Menjelaskan beberapa cara untuk memberi muatan.
Menjelaskan pengertian gaya elektrost atis.
3. Menyelidiki gaya elektrostatis.
Menentukan gaya elektrostatis suatu muatan.
4. Menjelaskan prinsip kerja elektroskop.
Mengetahui jenis muatan dengan elektroskop.
Menginduksi muatan listrik dengan elektroskop.
       5. Menjelaskan pengertian medan listrik.
Menjelaskan cara menggambar garis-garis medan listrik.
Menjelaskan medan listrik di sekitar muatan positif, muatan negatif, dan pasangan muatan.
6. Menjelaskan gejala dan penerapan listrik statis.
Menjelaskan prinsip kerja generator Van de Graaff
B. Materi Pembelajaran
3.1. Listrik Statis
3.1.1.Fenomena Listrik Statis
3.1.2. Pelepasan Muatan Listrik
3.1.3.Interaksi rmuatan Listrik
3.1.4.Hukum Coulomb
3.1.5.Elektroskop

C. Metode Pembelajaran1
1. Model : - Direct Instruction (DI)
- Cooperative Learning

                        2. Metode : - Diskusi kelompok
- Eksperimen
- Observasi
- Ceramah
D. Langkah-langkah Kegiatan

PERTEMUAN PERTAMA
a. Kegiatan Pendahuluan

    Motivasi dan apersepsi
- Mengapa saat langit berawan (mendung) terjadi kilat (petir)?
- Mengapa penggaris plastik yang telah digosokkan ke rambut seseorang dapat menarik potongan-potongan kertas?

     Prasyarat pengetahuan
- Apakah yang dimaksud dengan muatan negatif?
- Apakah yang dimaksud dengan induksi?

Muatan Imtaq :
Surat Ar-Ra’d (13) , ayat 12 :
Dia-lah Tuhan yang memperlihatkan kilat kepadamu untuk menimbulkan
ketakutan dan harapan, dan Dia mengadakan awan mendung.
Surat Al-Baqarah (2), ayat 164:
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering) -nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; Sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan
.
b. Kegiatan Inti

Guru membimbing peserta didik mengingat kembali tentang materi teori atom.

Guru membimbing peserta didik untuk mendiskusikan tentang muatan listrik.

Perwakilan peserta didik diminta untuk menjelaskan perbedaan muatan positif dan
muatan negatif.

Perwakilan dari tiap kelompok diminta untuk menjelaskan perbedaan atom netral, ion
positif dan ion negatif.

Perwakilan dari tiap kelompok diminta untuk menjelaskan perbedaan listrik statis dan
listrik dinamis.

Peserta didik memperhatikan penjelasan guru mengenai perbedaan model atom
Rutherford.

Peserta didik memperhatikan perbedaan proton, elektron, dan neutron yang disampaikan
oleh guru.

Perwakilan peserta didik diminta untuk menjelaskan muatan sebuah benda.

Peserta didik dalam setiap kelompok mendiskusikan perbedaan konduktor dan isolator.

Perwakilan dari tiap kelompok diminta untuk menyebutkan contoh konduktor dan
isolator.

Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara klasikal.

Guru menanggapi hasil diskusi kelompok peserta didik dan memberikan informasi yang
sebenarnya.

Peserta didik memperhatikan penjelasan guru mengenai beberapa cara untuk memberi
muatan.
c. Kegiatan Penutup

Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang memiliki kinerja dan kerjasama
yang baik.

Peserta didik (dibimbing oleh guru) berdiskusi untuk membuat rangkuman.

Guru memberikan tugas rumah berupa latihan soal.


PERTEMUAN KEDUA
a. Kegiatan Pendahuluan

Motivasi dan apersepsi
- Mengapa potongan-potongan kertas dapat menempel pada penggaris plastik yang telah digosok dengan kain wol ?

-Mengapa potongan-potongan kertas dapat menempel pada batang kaca yang telah digosok dengan kain sutera?


Prasyarat pengetahuan

- Fenomena apakah yang terjadi pada penggaris plastik yang telah digosok dengan kain wol?

- Fenomena apakah yang terjadi pada batang kaca yang telah digosok dengan kain sutera?


Pra eksperimen:

- Berhati-hatilah menggunakan alat dan bahan praktikum.

b. Kegiatan Inti

Guru membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok.

Peserta didik (dibimbing oleh guru) mendemonstrasikan peristiwa pemberian muatan
listrik dengan cara menggosok benda netral dengan benda netral lainnya.

Perwakilan dari tiap kelompok diminta untuk mengambil dua buah mistar, dua potongan
kaca, secarik kain wol, secarik kain sutra, dan seutas tali.

Guru mempresentasikan langkah kerja untuk melakukan eksperimen menyelidiki gaya
elektrostatis

Peserta didik dalam setiap kelompok melakukan eksperimen sesuai dengan langkah kerja
yang telah dijelaskan oleh guru.

Guru memeriksa eksperimen yang dilakukan peserta didik apakah sudah dilakukan
dengan benar atau belum. Jika masih ada peserta didik atau kelompok yang belum dapat
melakukannya dengan benar, guru dapat langsung memberikan bimbingan.•
Peserta didik dibimbing oleh guru untuk dapat menyusun kesimpulan hasil eksperimen.
c. Kegiatan Penutup

Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang memiliki kinerja dan kerjasama
yang baik.

Peserta didik (dibimbing oleh guru) berdiskusi untuk membuat rangkuman.

Guru memberikan tugas rumah berupa latihan soal.

PERTEMUAN KETIGA
a. Kegiatan Pendahuluan

Motivasi dan apersepsi
- Apakah jenis gaya yang dihasilkan oleh dua benda yang bermuatan
berbeda?
- Mengapa hanya elektron yang dapat berpindah dari satu benda ke bensa lain?

     Prasyarat pengetahuan
- Apakah yang dimaksud dengan gaya elektrostatis?
- Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi gaya eletrostatis?
b. Kegiatan Inti

Guru menjelaskan fenomena yang terjadi pada saat penggaris digosok kain wol

Peserta didik (dibimbing oleh guru) mendiskusikan mengapa yang berperan pada proses
pemberian muatan dengan cara digosok adalah elektron.
Guru mempresentasikan fenomena gaya elektrostatis dari dua muatan dengan besar
muatan berbeda

Guru mempresentasikan fenomena gaya elektrostatis dari dua muatan dengan jarak antar
kedua muatan yang berbeda

Peserta didik dalam setiap kelompok melakukan diskusi berdasarkan penjelasan/
presentasi yang telah dijelaskan oleh guru.

Guru memeriksa hasil diskusi yang dilakukan peserta didik apakah sudah menyimpulkan dengan benar atau belum. Jika masih ada peserta didik atau kelompok yang belum dapat menyimpulkan dengan benar, guru dapat langsung memberikan bimbingan.

Peserta didik diminta untuk membuat kesimpulan dari hasil diskusi yang telah dilakukan.

Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara klasikal.

Guru menanggapi hasil diskusi kelompok peserta didik dan memberikan informasi yang
sebenarnya.

Peserta didik memperhatikan penjelasan guru mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
besar gaya elektrosttis

Peserta didik memperhatikan penjelasan guru menentukan gaya elektrostatis dari dua
buah muatan.

Peserta didik memperhatikan contoh soal menentukan gaya elektrostatis dari dua buah
muatan yang disampaikan oleh guru.

Guru memberikan beberapa soal menentukan gaya elektrostatis dari dua buah muatan
untuk dikerjakan oleh peserta didik.

Guru mengoreksi jawaban peserta didik apakah sudah benar atau belum. Jika masih ada
peserta didik yang belum dapat menjawab dengan benar, guru dapat langsung
memberikan bimbingan.
c. Kegiatan Penutup

Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang memiliki kesimpulan yang baik.

Guru memberikan tugas rumah berupa latihan soal.


PERTEMUAN KEEMPAT
a. Kegiatan Pendahuluan

Motivasi dan apersepsi
- Bagaimana cara mengetahui apakah suatu benda bermuatan atau tidak?
- Bagaimana menggambar garis-garis medan listrik di sekitar pasangan
muatan?
- Mengapa pada gedung yang tinggi dilengkapi dengan penangkal petir?

     Prasyarat pengetahuan
- Apakah yang dimaksud dengan elektroskop?
- Bagaimana cara menginduksi muatan listrik dengan elekroskop?
b. Kegiatan Inti

Peserta didik (dibimbing oleh guru) mendiskusikan prinsip kerja elektroskop.

Perwakilan dari tiap kelompok diminta untuk mengambil sebuah elektroskop, sebuah sisir plastik, potongan karet ban, secarik kain wol, pembakar bunsen, mistar plastik, potongan kaca, dan secarik kain sutra.

Guru mempresentasikan langkah kerja untuk melakukan eksperimen mengetahui jenis
muatan dan membuat muatan induksi dengan elektroskop

Peserta didik dalam setiap kelompok melakukan eksperimen sesuai dengan langkah kerja
yang telah dijelaskan oleh guru.

Guru memeriksa eksperimen yang dilakukan peserta didik apakah sudah dilakukan
dengan benar atau belum. Jika masih ada peserta didik atau kelompok yang belum dapat
melakukannya dengan benar, guru dapat langsung memberikan bimbingan.

Peserta didik diminta untuk membuat kesimpulan dari hasil eksperimen yang telah
dilakukan.

Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara klasikal.

Guru menanggapi hasil diskusi kelompok peserta didik dan memberikan informasi
tentang prinsip menginduksi dengan elektroskop.

Peserta didik (dibimbing oleh guru) mendiskusikan pengertian medan listrik.

Peserta didik memperhatikan cara menggambar garis-garis medan listrik yang
disampaikan oleh guru.

Peserta didik memperhatikan penjelasan guru mengenai medan listrik di sekitar muatan
positif, muatan negatif, dan pasangan muatan
c. Kegiatan Penutup

Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang memiliki kesimpulan yang baik.

Guru memberikan tugas rumah berupa latihan soal.


PERTEMUAN KELIMA
a. Kegiatan Pendahuluan

    Motivasi dan apersepsi
- Apakah ada cara lain untuk menginduksi muatan listrik?
- Mengapa pada gedung yang tinggi dilengkapi dengan penangkal petir?

Prasyarat pengetahuan
- Bagaimana prinsip kerja Generator Van de Graaff?
- Bagaimana proses terjadinya petir?
b. Kegiatan Inti

Guru memberikan kesempatan peserta didik untuk mempresentasikan tentang gnerator
Van de Graaff sejauh yang mereka ketahui

Guru mempresentasikan prinsip kerja generator Van de Graaff

Peserta didik dalam setiap kelompok menjabarkan presentasi/apresiasi sesuai dengan yang
telah dijelaskan oleh guru. belum

Guru mengarahkan dan membimbing peserta didik yang belum mempresentasikan dengan
benar

Peserta didik diminta untuk membuat kesimpulan dari hasil presentasi yang telah
dilakukan.
E. Sumber Belajar
a. Buku IPA Terpadu (Tiga Serangkai) halaman
b. Buku referensi yang relevan
c. Alat dan bahan praktikum
F. Penilaian Hasil Belajar
       a. Teknik Penilaian: Tes unjuk kerja Tes tertulis
b. Bentuk Instrumen:
- Uji petik kerja prosedur
- Tes PG
- Tes isian
- Tes uraian
c. Contoh Instrumen:
          - Contoh tes PG
Ebonit yang digosok dengan kain wol akan bermuatan negatif karena....
a. elektron dari ebonit ke kain wol
b. proton dari ebonit ke kain wol
c. elektron dari wol ke ebonit
d. proton dari wol ke ebonit
          - Contoh tes isian
Sebuah benda digosok pada benda lain sehingga sebagian elektronnya berpindah ke
benda yang digosok. Dalam peristiwa ini, benda yang digosok menjadi bermuatan....
      - Contoh tes uraian
Dua buah benda masing-masing bermuatan+Q dan terpisah sejauhd menghasilkan
gaya elektrostatis sebesarF. Kemudian, salah satu muatan itu diperbesar menjadi+2Q
dan yang lain menjadi-2Q. Jarak kedua muatan sekarang didekatkan menjadi½ d.
Berapakah gaya elektrostatis kedua muatan sekarang?


Mengetahui:                         Tanjung Selamat, 16 Juli 2011                   
Kepala SMP 1 Padang Tualang                               Guru Mata Pelajaran


                           


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP 6 )
Sekolah : SMP Negeri 1Padang Tualang

Kelas / Semester : IX (Sembilan) / Semester I

Mata Pelajaran : IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)

Alokasi Waktu : 6 x 80 menit (2 jam pelajaran)
Standar Kompetensi
3. Memahami konsep kelistrikan dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari

3.2 Menganalisis percobaan listrik dinamis dalam suatu rangkaian serta
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

Indikator
1. Menjelaskan konsep arus listrik dan beda potensial listrik.
4. Membuat rangkaian komponen listrik dengan berbagai variasi baik seri maupun paralel.
5. Menggambarkan arus listrik dan beda potensial dalam bentuk tabel dan grafik.
6. Menyelidiki hubungan antara arus listrik dan beda potensial dalam suatu rangkaian (hokum Ohm)
7. Menemukan perbedaan hambatan beberapa jenis bahan (konduktor, isolator dan semikonduktor) 
8. Menggunakan Hukum I Kirchoff untuk menghitung tegangan dan arus dalam rangkaian.
9. Menghitung hambatan pengganti rangkaian listrik seri dan paralel.
A. Tujuan Pembelajaran

Peserta didik dapat:
1. Menjelaskan pengertian arus listrik.

Menjelaskan pengertian kuat arus listrik.

Mengukur kuat arus listrik.

Menjelaskan pengertian beda potensial listrik.
2. Membedakan rangkaian terbuka dan rangkaian tertutup.
Menjelaskan fungsi saklar dan sekring.
Membedakan rangkaian seri dan rangkaian pararel.
3. Menyebutkan bunyi hukum Ohm.
Menemukan hubungan antara kuat arus dengan beda potensial.
Menjelaskan cara mengukur hambatan listrik.
4. Membedakan konduktor, isolator, dan semikonduktor.
Menyebutkan beberapa contoh konduktor, isolator, dan semikonduktor.
5. Menentukan hubungan antara hambatan listrik, ukuran, dan jenis benda.
Menentukan besarnya hambatan dari suatu bahan.
Menyebutkan jenis-jenis resistor.
Membedakan rangkaian resistor seri dan rangkaian resistor pararel.
Memahami rangkaian resistor seri.
Memahami rangkaian resistor pararel.
Menentukan hambatan total dalam rangkaian resistor seri dan paralel
6.Menyebutkan bunyi hukum I Kirchhoff.
Memahami hukum I Kirchhoff pada rangkaian bercabang
.
B. Materi Pembelajaran

Listrik Dinamis
3.3.1. Kuat Arus Listrik dan Beda Potensial Listrik
3.3.2. Rangkaian Sederhana
3.3.3. Hukum Ohm
3.3.4. Konduktor dan Isolator
3.3.5. Hambatan Listrik
3.3.6. Hukum Kirchof

C. Metode Pembelajaran1
1. Model : - Direct Instruction (DI)
- Cooperative Learning
2. Metode : - Diskusi kelompok
- Eksperimen
- Observasi
- Ceramah
D. Langkah-langkah Kegiatan

C. Metode Pembelajaran1
1. Model : - Direct Instruction (DI)
- Cooperative Learning
2. Metode : - Diskusi kelompok
- Eksperimen
- Observasi
- Ceramah
D. Langkah-langkah Kegiatan

PERTEMUAN PERTAMA
a. Kegiatan Pendahuluan

Motivasi dan apersepsi
- Mengapa burung yang duduk di kabel bertegangan tinggi tidak tersengat listrik?

- Manakah yang lebih terang: dua lampu yang dirangkai seri ataukah secara pararel?

Prasyarat pengetahuan
- Apakah yang dimaksud dengan kuat arus listrik?
- Apakah keuntungan rangkaian seri?

Pra eksperimen:
- Berhati-hatilah menggunakan alat dan bahan praktikum.
b. Kegiatan Inti

Guru membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok.

Peserta didik (dibimbing oleh guru) mendiskusikan pengertian arus listrik.

Perwakilan peserta didik diminta untuk menjelaskan pengertian kuat arus listrik.

Perwakilan dari tiap kelompok diminta untuk mengambil dua buah baterai, sebuah lampu
pijar 3 V beserta dudukannya, sebuah ammeter, sebuah saklar, dan kabel secukupnya.

Guru mempresentasikan langkah kerja untuk melakukan eksperimen mengukur kuat arus
listrik

Peserta didik dalam setiap kelompok melakukan eksperimen sesuai dengan langkah kerja
yang telah dijelaskan oleh guru.

Guru memeriksa eksperimen yang dilakukan peserta didik apakah sudah dilakukan
dengan benar atau belum. Jika masih ada peserta didik atau kelompok yang belum dapat
melakukannya dengan benar, guru dapat langsung memberikan bimbingan.

Peserta didik (dibimbing oleh guru) mendiskusikan pengertian beda potensial.
c. Kegiatan Penutup

Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang memiliki kinerja dan kerjasama
yang baik.

Peserta didik (dibimbing oleh guru) berdiskusi untuk membuat rangkuman.

Guru memberikan tugas rumah berupa latihan soal


PERTEMUAN KEDUA
a. Kegiatan Pendahuluan

Motivasi dan apersepsi
- Apakah fungsi hambatan listrik pada rangkaian elektronika?
- Prasyarat pengetahuan
- Faktor apakah yang mempengaruhi besar kecilnya hambatan listrik?

Pra eksperimen:
- Berhati-hatilah menggunakan alat dan bahan praktikum.
b. Kegiatan Inti

Perwakilan peserta didik diminta untuk menjelaskan pengertian Rangkaian Listrik

Perwakilan dari tiap kelompok diminta untuk membedakan rangkaian terbuka dan
rangkaian tertutup.

Peserta didik memperhatikan penjelasan guru mengenai rangkaian terbuka dan tertutup

Perwakilan peserta didik diminta untuk menjelaskan fungsi saklar dan sekring dalam
rangkaian listrik.

Peserta didik memperhatikan penjelasan guru mengenai perbedaan rangkaian seri dan
rangkaian pararel.

Perwakilan peserta didik diminta untuk menyebutkan kegunaan hambatan listrik dalam
rangkaian elektronika.
c. Kegiatan Penutup

Guru memberikan penghargaan kepada peserta didik yang mampu menjelaskan
perbedaan fungsi hambatan pada tiap jenis rangkaian.

Peserta didik (dibimbing oleh guru) berdiskusi untuk membuat rangkuman.

Guru memberikan tugas rumah berupa latihan soal.


PERTEMUAN KETIGA

a. Kegiatan Pendahuluan

Motivasi dan apersepsi
- Mengapa konduktor (logam) mudah menghantarkan arus listrik?
- Apakah yang dimaksud dengan konduktor?
b. Kegiatan Inti

Guru membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok

Guru mendemonstrasikan/memperlihatkan beberapa bahan untuk dikelompokkan dalam
konduktor, isolator dan semikonduktor.

Peserta didik mempresentasikan ciri-ciri konduktor, isolator, dan semikonduktor yang
berdasarkan pengamatan bahan-bahan

Perwakilan dari tiap kelompok diminta untuk menyebutkan beberapa perbedaan antar
konduktor, isolator, dan semikonduktor.
• Guru menjelaskan perbedaan antara konduktor, isolator dan semi konduktor.
c. Kegiatan Penutup

Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang memiliki kinerja dan kerjasama
yang baik.

Peserta didik (dibimbing oleh guru) berdiskusi untuk membuat rangkuman.

Guru memberikan tugas rumah berupa latihan soal


PERTEMUAN KEEMPAT
a. Kegiatan Pendahuluan

Motivasi dan apersepsi
- Apa yang kamu ketahui tentang ahli fisika yang bernama George Simon Ohm?

- Bagaimanakan eksperimen yang dilakukan Ohm?
b. Kegiatan Inti

Peserta didik (dibimbing oleh guru) mendiskusikan hukum Ohm.

Perwakilan dari tiap kelompok diminta untuk mengambil lima buah baterai, sebuah lampu
beserta dudukannya,sebuah ammeter, sebuah voltmeter, dan kabel secukupnya.

Guru mempresentasikan langkah kerja untuk melakukan eksperimen menemukan
hubungan antara kuat arus dengan beda potensial listrik


Peserta didik dalam setiap kelompok melakukan eksperimen sesuai dengan langkah kerja
yang telah dijelaskan oleh guru.

Guru memeriksa eksperimen yang dilakukan peserta didik apakah sudah dilakukan
dengan benar atau belum. Jika masih ada peserta didik atau kelompok yang belum dapat
melakukannya dengan benar, guru dapat langsung memberikan bimbingan.

Peserta didik memperhatikan contoh soal penerapan hukum Ohm yang disampaikan oleh
guru.

Guru memberikan instruksi kepada peserta didik untuk melakukan eksperimen
menentukan hubungan antara hambatan listrik, ukuran, dan jenis bahan
Peserta didik secara berkelompok melakukan eksperimen dengan menggunakan dua
batang kawat nikrom dan kawat konstantan masing-masing berdiameter 1 mm dan 2 mm
sepanjang 3 m, sebuah voltmeter, sebuah ammeter,sebuah baterai, sebuah meter gulung,
sebuah mikrometer, dan kabel secukupnya.

Guru memeriksa eksperimen yang dilakukan peserta didik apakah sudah dilakukan
denganbenar atau belum. Jika masih ada peserta didik atau kelompok yang belum dapat
melakukannya dengan benar, guru dapat langsung memberikan bimbingan
c. Kegiatan Penutup

Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang memiliki kinerja dan kerjasama
yang baik.

Peserta didik (dibimbing oleh guru) berdiskusi untuk membuat rangkuman.
• Guru memberikan tugas rumah berupa latihan soal.
PERTEMUAN KELIMA
a. Kegiatan Pendahuluan

Motivasi dan apersepsi
- Apakah besar arus yang masuk ke titik percabangan sama dengan arus yang keluar dari titik percabangan?

Prasyarat pengetahuan
- Sebutkan bunyi hukum I Kirchhoff.

Pra eksperimen:
- Berhati-hatilah menggunakan alat dan bahan praktikum.
b. Kegiatan Inti

Guru membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok.

Peserta didik (dibimbing oleh guru) mendiskusikan Hukum I Kirchhoff.

Perwakilan dari tiap kelompok diminta untuk mengambil empat buat ammeter, beberapa
buah hambatan, sebuah baterai, sebuah saklar, dan kabel secukupnya.

Guru mempresentasikan langkah kerja untuk melakukan eksperimen memahami hukum I
Kirchhoff •
Peserta didik dalam setiap kelompok melakukan eksperimen sesuai dengan langkah kerja

yang telah dijelaskan oleh guru.

Guru memeriksa eksperimen yang dilakukan peserta didik apakah sudah dilakukan
dengan benar atau belum. Jika masih ada peserta didik atau kelompok yang belum dapat
melakukannya dengan benar, guru dapat langsung memberikan bimbingan.
c. Kegiatan Penutup

Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang memiliki kinerja dan kerjasama
yang baik.

Peserta didik (dibimbing oleh guru) berdiskusi untuk membuat rangkuman.

Guru memberikan tugas rumah berupa latihan soal.

PERTEMUAN KEENAM
a. Kegiatan Pendahuluan

Motivasi dan apersepsi
- Sebutkan macam-macam resistor variabel

Prasyarat pengetahuan
- Apakah yang dimaksud dengan resistor variabel?.
- Apakah nilai hambatan total dari beberapa hambatan yang dirangkai seri dan paralel
memiliki nilai yang sama?

Prasyarat Pengetahuan
- Bagaimana cara mendapatkan nilai hambatan yang lebih kecil dari hambtan yang
tersedia?
b. Kegiatan Inti

Guru memberikan informasi kepada peserta didik tentang cara menghitung nilai hambatan
total dari beberapa hambatan yang dirangkai seri dan paralel.
• Peserta didik memperhatikan contoh soal menentukan hambatan total dalam rangkaian
resistor seri dan rangkain resistor paralel yang disampaikan
oleh guru.

Guru memberikan beberapa soal menentukan hambatan total dalam rangkaian resistor seri
dan rangkain resistor paralel untuk dikerjakan oleh peserta didik.

Guru mengoreksi jawaban peserta didik apakah sudah benar atau belum. Jika masih ada
peserta didik yang belum dapat menjawab dengan benar, guru dapat langsung
memberikan bimbingan.
c. Kegiatan Penutup

Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang dapat menyimpulkan tentang
fungsi hambatan yang dirangkai seri dan paralel.

Peserta didik (dibimbing oleh guru) berdiskusi untuk membuat rangkuman.

Guru memberikan tugas rumah berupa latihan soal.
E. Sumber Belajar
a. Buku Belajar Ilmu Alam dan Sekitarnya (Tiga Serangkai)
b. Buku referensi yang relevan
c. Alat dan bahan praktikum
F. Penilaian Hasil Belajar
a. Teknik Penilaian: −Tes unjuk kerja
−Tes tertulis
−Penugasan
b. Bentuk Instrumen:
- Uji petik kerja prosedur
- Tes isian
- Tes uraian
- Tes identifikasi
- Tugas rumah
c. Contoh Instrumen:
- Contoh tes isian
Besaran yang menyatakan jumlah muatan listrik yang mengalir setiap detik disebut....
- Contoh tes uraian
Tiga buah hambatan masing-masing 4 ohm, 6 ohm, dan 8 ohm dirangkai secara pararel.
Tentukan hambatan totalnya.
- Contoh tes identifikasi
Tentukan bahan-bahan yang termasuk ke dalam konduktor, isolator, dan semikonduktor
dari bahan-bahan yang tersedia berikut: kertas, besi, karet, baja, arsen, silikon, plastik,
dan perak.
- Contoh tugas rumah
Buatlah grafik yang menunjukkan hubungan antara besarnya arus listrik dan beda
potensial.


Mengetahui :                         Tanjung Selamat, 16 Juli 2011
   
Kepala SMP 1 Padang Tualang                Guru Mata Pelajaran




RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP 7 )
Sekolah : SMP Negeri 1 Padang Tualang

Kelas / Semester : IX (Sembilan) / Semester I

Mata Pelajaran : IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)

Alokasi Waktu : 4 x 80 menit (2 jam pelajaran)

Standar Kompetensi

3. Memahami konsep kelistrikan dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Kompetensi Dasar

3.3 Mendeskripsikan prinsip kerja elemen dan arus listrik yang ditimbulkannya
serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari

Indikator

1. Menjelaskan konsep gaya gerak listrik (ggl) sumber arus listrik.
10.Mengukur tegangan antara kutub-kutub sumber tegangan dan tegangan jepit (tegangan
terpakai).
11.Menjelaskan susunan dan cara kerja elemen listrik primer dan elemen listrik sekunder.
A. Tujuan Pembelajaran
Peserta didik dapat:
Pertemuan Pertama
1. Menjelaskan pengertian beda potensial listrik.
2. Menyebutkan fungsi kapasitor.
3. Menyebutkan syarat terjadinya arus listrik.
4. Membedakan arah aliran arus listrik di dalam rangkaian dan di dalam sumber arus.
PertemuanKedua
5. Membedakan gaya gerak listrik (ggl) dan tegangan jepit.
6. Menjelaskan cara mengukur gaya gerak listrik (ggl).
7. Menjelaskan cara mengukur tegangan jepit.
8. Mengukur beda potensial listrik.
Pertemuan Ketiga
9. Menjelaskan pengertian elemen listrik.
10. Membedakan elemen listrik primer dan elemen listrik sekunder.
11. Menyebutkan beberapa contoh elemen listrik primer dan elemen listrik sekunder.
12. Menjelaskan karakteristik dan prinsip kerja beberapa contoh elemen listrik primer dan
elemen listrik sekunder.
B. Materi Pembelajaran
Sumber-sumber Arus Listrik
3.2.1. Sumber Elektromotif
3.2.2. Sumber Baterai/Elemen
3.2.3. Mengukur Tegangan dan Kuat Arus Listrik
C. Metode Pembelajaran
1. Model : - Direct Instruction (DI)
- Cooperative Learning
2. Metode : - Diskusi kelompok
- Eksperimen
- Observasi
- Ceramah
D. Langkah-langkah Kegiatan



PERTEMUAN PERTAMA


a. Kegiatan Pendahuluan

Motivasi dan apersepsi
- Apakah ada alat –alat elektronik yang tidak memerlukan sumber listrik?
-Bagaimana arus listrik bisa mengalir?

Prasyarat pengetahuan
- Apakah yang dimaksud dengan arus listrik?
Pra eksperimen:
b. Kegiatan Inti

Guru membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok.

Peserta didik (dibimbing oleh guru) mendiskusikan pengertian beda potensial.

Perwakilan peserta didik diminta untuk menyebutkan fungsi kapasitor.

Perwakilan dari tiap kelompok diminta untuk menyebutkan syarat terjadinya arus listrik.

Peserta didik memperhatikan perbedaan arah aliran arus listrik di dalam rangkaian dan di
dalam sumber arus yang disampaikan oleh guru.
c. Kegiatan Penutup
-Guru memberikan penghargaan kepada peserta didik yang dapat menyimpulkan
persamaan sifat aliran arus air dengan arus listrik.
- Peserta dapat menyimpulkan perbedaan antara potensial rendah dengan potensial tinggi
pada benda yang bermuatan listrik.

PERTEMUAN KEDUA
a. Kegiatan Pendahuluan

Motivasi dan apersepsi
- Bagaimana kita dapat mengukur gaya gerak listrik (ggl)?

Prasyarat pengetahuan
- Apakah yang dimaksud dengan gaya gerak listrik (ggl)?
Pra eksperimen:
- Berhati-hatilah dalam melakukan praktikum.
b. Kegiatan Inti

Peserta didik memperhatikan penjelasan guru mengenai perbedaan gaya gerak listrik (ggl)
dan tegangan jepit.

Peserta didik memperhatikan cara mengukur gaya gerak listrik (ggl) dan tegangan jepit
yang disampaikan oleh guru.

Perwakilan dari tiap kelompok diminta untuk mengambil dua buah baterai, sebuah lampu
pijar 3 V beserta dudukannya, sebuah voltmeter, sebuah saklar, dan kabel secukupnya.

Guru mempresentasikan langkah kerja untuk melakukan eksperimen mengukur beda
potensial listrik

Peserta didik dalam setiap kelompok melakukan eksperimen sesuai dengan langkah kerja
yang telah dijelaskan oleh guru.

Guru memeriksa eksperimen yang dilakukan peserta didik apakah sudah dilakukan
dengan benar atau belum. Jika masih ada peserta didik atau kelompok yang belum dapat
melakukannya dengan benar, guru dapat langsung memberikan bimbingan.
c. Kegiatan Penutup

Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang memiliki kinerja dan kerjasama
yang baik.

Peserta didik (dibimbing oleh guru) berdiskusi untuk membuat rangkuman


Guru memberikan tugas rumah berupa latihan soal.

PERTEMUAN KETIGA
a. Kegiatan Pendahuluan

Motivasi dan apersepsi.
- Dapatkah kamu menyebutkan alat elektronik yang tidak menggunakan sumber arus
listrik?

Prasyarat Pengetehuan
- Apakah yang dimaksud dengan elemen listrik?
b. Kegiatan Inti

Peserta didik (dibimbing oleh guru) mendiskusikan pengertian elemen listrik.

Peserta didik memperhatikan penjelasan guru mengenai perbedaan elemen primer dan
elemen sekunder.

Perwakilan peserta didik diminta untuk menyebutkan beberapa contoh elemen primer dan
elemen sekunder.

c. Kegiatan Penutup

Guru membagi tugas kelompok:
−2 kelompok diberi tugas untuk menjelaskan karakteristik dan prinsip kerja elemen volta

−2 kelompok diberi tugas untuk menjelaskan karakteristik dan prinsip kerja baterai
−2 kelompok diberi tugas untuk menjelaskan karakteristik dan prinsip kerja akumulator (aki)
.
−2 kelompok diberi tugas untuk menjelaskan karakteristik dan prinsip kerja dinamo.
−2 kelompok diberi tugas untuk menjelaskan karakteristik dan prinsip kerja sel surya

Tugas kelompok diberikan 1 minggu sebelum proses pembelajaran dilaksanakan.
Setiap kelompok diminta melaporkan hasil pengamatannya dalam bentuk karya tulis.
Setiap kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelompok
yang lain.
Guru menanggapi hasil diskusi kelompok peserta didik dan memberikan informasi yang
sebenarnya.
E. Sumber Belajar
a. Buku Belajar Ilmu Alam dan Sekitarnya (Tiga serangkai)
b. Buku referensi yang relevan
c. Alat dan bahan praktikum
d. Lingkungan
F. Penilaian Hasil Belajar
a. Teknik Penilaian:
−Tes tertulis
−Tes unjuk kerja
b. Bentuk Instrumen:
Tes PG
Tes uraian
Uji Kinerja Ilmiah mengukur tegangan ggl

c. Contoh Instrumen:

- Instrumen tes PG
Sel yang prinsip kerjanya berdasarkan keluarnya elektron-elektron dari
permukaan material ketika material dikenai cahaya adalah....
a. sel natrium-sulfida
c. fuell cell
b. sel foto
d. sel surya

- Contoh tes uraian
Jelaskan apa yang dimaksud dengan gaya gerak listrik (ggl).




Mengetahui:                             Tanjung Selamat, 16 Juli 2011                   
Kepala SMP                             Guru Mata Pelajaran















































RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP 8 )
Sekolah : SMP Negeri 1 Padang Tualang

Kelas / Semester : IX (Sembilan) / Semester I

Mata Pelajaran : IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)

Alokasi Waktu : 4 x 80 menit (2 jam pelajaran)

Standar Kompetensi
3. Memahami konsep kelistrikan dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

Kompetensi Dasar
3.4 Mendeskripsikan hubungan energi dan daya listrik serta pemanfaatannya dalam
kehidupan sehari-hari.

Indikator
Menjelaskan hubungan antara beda potensial (V) dan kuat arus (I) dengan energi listrik.
Menunjukkan perubahan energi listrik menjadi energi bentuk lain.
Menjelaskan hubungan antara daya listrik dan energi listrik.
Menerapkan konsep energi dan daya listrik dalam perhitungan penggunaan listrik di rumah tangga
Mempraktikkan penghematan energi dalam kehidupan sehari-hari dan mengemukakan alasannya

A. Tujuan Pembelajaran
Peserta didik dapat:

Pertemuan Pertama :
1. Menjelaskan faktor-faktor yang menentukan energi listrik.
2. Mengamati hubungan antara kalor dengan beda potensial.
3. Mengamati hubungan antara kalor dengan kuat arus listrik.
4. Mengamati hubungan antara kalor dengan lama aliran arus listrik.
Pertemuan Kedua :

5. Menjelaskan rumusan energi listrik.
6. Menyebutkan asas Black.
7. Menjelaskan penerapan asas Black dalam kehidupan sehari-hari.

Pertemuan Ketiga :

8. Menyebutkan alat-alat pengubah energi listrik.
9. Menjelaskan karakteristik dan prinsip kerja beberapa alat pengubah energi listrik.
Pertemuan Keempat :
10. Menjelaskan pengertian daya listrik.
11.Menjelaskan hubungan antara daya listrik dan energi listrik.
12. Menjelaskan langkah-langkah untuk menentukan energi listrik dalam satuan kWh 
13. Menyebutkan kesetaraan nilai antara kWh dan joule.
14. Menjelaskan cara melakukan penghematan dalam menggunakan energi.
B. Materi Pembelajaran
Energi dan Daya Listrik
C. Metode Pembelajaran
1. Model : - Direct Instruction (DI)
- Cooperative Learning
2. Metode : - Diskusi kelompok
- Eksperimen
- Observasi
- Ceramah
D. Langkah-langkah Kegiatan

PERTEMUAN PERTAMA
a. Kegiatan Pendahuluan

Motivasi dan apersepsi
- Bagaimana cara menentukan besarnya energi listrik?

Prasyarat pengetahuan
- Sebutkan besaran yang menentukan nilai energi listrik

Pra eksperimen:
- Berhati-hatilah menggunakan alat dan bahan praktikum.
b. Kegiatan Inti

Guru membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok.

Peserta didik (dibimbing oleh guru) mendiskusikan faktor-faktor yang menentukan energi
listrik.

Perwakilan dari tiap kelompok diminta untuk mengambil kawat nikelin sepanjang 1 m,
lima buah baterai, sebuah hambatan geser, sebuah ammeter, sebuah saklar, sebuah
voltmeter, sebuah stopwatch, sebuah termometer dan kabel secukupnya.

Guru mempresentasikan langkah kerja untuk melakukan eksperimen mengamati
hubungan antara kalor dengan beda potensial, kuat arus listrik, dan lama aliran arus listrik


Peserta didik dalam setiap kelompok melakukan eksperimen sesuai dengan langkah kerja
yang telah dijelaskan oleh guru.

Guru memeriksa eksperimen yang dilakukan peserta didik apakah sudah dilakukan
dengan benar atau belum. Jika masih ada peserta didik atau kelompok yang belum dapat
melakukannya dengan benar, guru dapat langsung memberikan bimbingan.

Peserta didik diminta untuk membuat kesimpulan dari hasil eksperimen yang telah
dilakukan.

Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara klasikal.

Guru menanggapi hasil diskusi kelompok peserta didik dan memberikan informasi yang
sebenarnya.

Guru memberikan informasi tentang beberapa alat pengubah energi listrik lengkap dengan
prinsip kerjanya.

Peserta didik memperhatikan penjelasan guru tentang prinsip kerja alat pengubah energi
listrik yang digunakan dalam rumah tangga.

Guru membagi kelompok diskusi tentang beberapa alat yang berbeda .

Pesrta didik berdiskusi mencari informasi melalui baca buku di perpustakaan (sumber
lain) tentang alat pengubah energi listrik yang lain.

Peserta didik memperhatikan penjelasan guru menentukan rumusan energi listrik.

Peserta didik memperhatikan contoh soal menentukan energi listrik yang disampaikan
oleh guru.

Guru memberikan beberapa soal menentukan energi listrik untuk dikerjakan oleh peserta
didik.

Guru mengoreksi jawaban peserta didik apakah sudah benar atau belum. Jika masih ada
peserta didik yang belum dapat menjawab dengan benar, guru dapat langsung
memberikan bimbingan.
c. Kegiatan Penutup

Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang memiliki kinerja dan kerjasama
yang baik.

Peserta didik (dibimbing oleh guru) berdiskusi untuk membuat rangkuman.

Guru memberikan tugas rumah berupa latihan soal.

PERTEMUAN KEDUA

a. Kegiatan Pendahuluan

Motivasi dan apersepsi
- Mengapa elemen pemanas alat-alat listrik umumnya berupa lilitan?

Prasyarat pengetahuan
- Sebutkan alat-alat pengubah energi listrik.
b. Kegiatan Inti

Guru membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok.

Peserta didik (dibimbing oleh guru) mendiskusikan asas Black.

Peserta didik memperhatikan penjelasan guru mengenai penerapan asas Black dalam
kehidupan sehari-hari.

Perwakilan peserta didik diminta untuk menyebutkan alat-alat pengubah energi listrik.

Guru membagi tugas kelompok:
_2 kelompok diberi tugas untuk menjelaskan karakteristik dan prinsip kerja setrika listrik.

−2 kelompok diberi tugas untuk menjelaskan karakteristik dan prinsip kerja kompor listrik.
−2 kelompok diberi tugas untuk menjelaskan karakteristik dan prinsip kerja solder listrik.

−2 kelompok diberi tugas untuk menjelaskan karakteristik dan prinsip kerja kipas angin.
−2 kelompok diberi tugas untuk menjelaskan karakteristik dan prinsip kerja bel listrik.

Tugas kelompok diberikan 1 minggu sebelum proses pembelajaran dilaksanakan.

Setiap kelompok diminta melaporkan hasil pengamatannya dalam bentuk karya tulis.

Setiap kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelompok yang lain.


Guru menanggapi hasil diskusi kelompok peserta didik dan memberikan informasi yang sebenarnya.

c. Kegiatan Penutup

Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang memiliki kinerja dan kerjasama yang baik.


Peserta didik (dibimbing oleh guru) berdiskusi untuk membuat rangkuman.

Guru memberikan tugas rumah berupa latihan soal.


PERTEMUAN KETIGA

a. Kegiatan Pendahuluan

Motivasi dan apersepsi
- Bagaimana PLN menghitung biaya energi listrik yang dipakai pada sebuah rumah?
- Mengapa lampu TL lebih hemat pemakaiannya dibandingkan lampu pijar?

Prasyarat pengetahuan
- Bagaimana langkah-langkah untuk menentukan energi listrik
dalam satuan kWh?
- Bagaimana cara melakukan penghematan dalam menggunakan energi listrik?
b. Kegiatan Inti

Guru membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok.

Peserta didik (dibimbing oleh guru) mendiskusikan pengertian daya listrik.

Peserta didik memperhatikan hubungan antara daya listrik dan energi listrik yang
disampaikan oleh guru.

Peserta didik memperhatikan penjelasan guru menentukan rumusan daya listrik.

Peserta didik (dibimbing oleh guru) mendiskusikan langkah-langkah untuk menentukan
energi listrik dalam satuan kWh.

Perwakilan peserta didik diminta untuk menyebutkan kesetaraan nilai antara kWh dan
joule.

Peserta didik memperhatikan contoh soal menentukan daya listrik yang disampaikan oleh
guru.

Guru memberikan beberapa soal menentukan daya listrik untuk dikerjakan oleh peserta
didik.

Guru mengoreksi jawaban peserta didik apakah sudah benar atau belum. Jika masih ada
peserta didik yang belum dapat menjawab dengan benar, guru dapat langsung
memberikan bimbingan.

Peserta didik dalam setiap kelompok mendiskusikan cara melakukan penghematan dalam
menggunakan energi listrik.

Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara klasikal.

Guru menanggapi hasil diskusi kelompok peserta didik dan memberikan informasi yang
sebenarnya.
c. Kegiatan Penutup

Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang memiliki kinerja dan kerjasama
yang baik.

Peserta didik (dibimbing oleh guru) berdiskusi untuk membuat rangkuman.

Guru memberikan tugas rumah berupa latihan soal.

E. Sumber Belajar
a. Buku Belajar Ilmu Alam dan Sekitarnya (Tiga Serangkai) halaman 189-202.
b. Buku referensi yang relevan
c. Lingkungan
d. Alat dan bahan praktikum
F. Penilaian Hasil Belajar
a. Teknik Penilaian:
−Tes unjuk kerja
−Tes tertulis
−Penugasan
b. Bentuk Instrumen:

Uji petik kerja prosedur

Tes PG

Tes uraian

Tugas rumah

Proyek
c. Contoh Instrumen

- Contoh tes PG
Sebuah mesin pendingin 500 watt dipasang selama 10 menit menimbulkan kalor. ...
kalori
a. 300.000                c. 5.000
b. 72.000                 d. 1.200

         - Contoh tes uraian
Jelaskan dan berikan contoh perubahan energi listrik menjadi:
a. energi gerak
b. energi kalor
          - Contoh tugas rumah
Lihatlah kWh meter yang ada dirumahmu, kemudian hitunglah penggunaan energi
listrik yang terpakai selama 1 bulan.
- Contoh proyek
Buatlah sebuah artikel mengenai cara melakukan penghematan energi listrik dalam
kehidupan sehari-hari.



       
Mengetahui:                             Tanjung Selamat, 16 Juli 2011               
Kepala SMP                            Guru Mata Pelajaran